Makin hari makin penuh saja antrian di SPBU. Pertanyaannya adalah ada apa ini ? Apakah ini juga terjadi di bagian Indoensia lainnya, atau hanya di Kalsel (mungkin juga Kalteng). Beberapa hari yang lalu aku sudah terkaget-kaget waktu beli bensin eceran mencapai Rp.7.000,- per liter, ehh.. kemarin harganya sudah ada yang menaruh di Rp.8.000,- per liter. Wah...wah... tambah pusing saja. Entah kami termasuk golongan layak subsidi atau tidak, toh mau tidak mau harus membeli dengan harga yang nyaris dua kali lipat itu. Bensin memang kebutuhan pokok, bagiku terutama untuk motor yang tiap hari antar jemput anak sekolah yang berjarak sekitar lima kilometer dari rumah. Jadi mengkhayal seandainya sekolah anak-anak relatip dekat, mereka pulang pergi cukup dengan sepeda. Sehat dan murah. Masalahnya sekarang jarak tempuh cukup jauh dan kalau bersepeda sangat beresiko di jalan raya yang padat dan rawan terjadi apa-apa.
Siapa sih mereka yang rela antri setiap hari di SPBU, berlapis-lapis kendaraan, bermeter-meter panjangnya hingga memakan badan jalan, bahkan sudah penuh antrian sebelum SPBU dibuka (bensin masih kosong). Apa tidak ada kegiatan lain, menunggu berjam-jam di antrian ? Konon, sebagian besar mereka adalah para pelangsir ya... entahlah.
No comments:
Post a Comment