Tuesday, September 18, 2012

Halo...



Halo, my blog. So sorry, lama dicuekin, bukan lupa tapi benar-benar tidak punya waktu khusus nulis yang panjang lebar. Iri bener dengan ibu-ibu rumah tangga full, tanpa asisten, anak banyak ngurus sendiri, tapi masih bisa nulis entah di blog, jejaring sosial bahkan bikin buku. Kumaha carana ? Kudu punya laptop kah yang bisa digendong kemana-mana, sementara di rumahku cuma ada satu PC yang diam di pojok ruang keluarga dan nggak mungkin dong diboyong kemana-mana. Setelah anak-anak tidur? Hem... sudah jam sepuluhan malam, emaknya juga harus  istirahat dong jadi turut bobo ...:) Ya, sudah, ini sekedar say hello bahwa aku masih punya keinginan nulis lagi, mudah-mudahan dilancarkan bagaimana pun nanti caranya.

Thursday, May 3, 2012

Rupa-rupa 2 Mei

Ini rangkumanan kisah hari kemarin, tepatnya Rabu tanggal 2 Mei 2012. Yap, bertepatan dengan hari pendidikan nasional. Setelah sekitar dua minggu tidak pernah membeli bensin di SPBU, horee... eh... Alhamdulillah, kemarin aku berhasil beli bensin di SPBU. Masih antri meski tidak panjang, sudah nampak normal kok, bahkan di jalur mobil hanya terlihat satu mobil sedang mengisi. Di jalur solar, tertera tulisan 'solar ada' ...eh... malah tidak ada antrian truk yang biasanya mengular itu. Selama krisis bensin kemarin, ada instruksi dari Pemda bahwa pembelian bensin untuk motor maksimum Rp.20.000,- ternyata kemarin kuisi full tank hanya sampai Rp.14 ribu ...hihi..., itupun puasnya luar biasa. Sementara di eceran pinggir jalan, masih banyak yang mematok harga Rp.6 ribu, dengan ketepatan volume satu liter per botolnya diragukan.

Di perjalanan ke rumah, aku tertarik membeli gado-gado yang sudah pernah kucoba dan rasanya enak. Masalahnya tukang gado-gado ini mangkalnya di dean rumah orang yang terletak di pinggir jalan umum. Ada sekitar 3 pembeli menunggu tykang gado-gado meracik dagangannya, ketika tiba-tiba sebuah mobil cukup besar (strada triton kalau tidak salah) menepi dan tet..tet..tet..tet... sang sopir memencet klakson bertubi-tubi. Hiks, semua pembeli gado-gado menoleh, di kepala kami kayaknya sama ini orang mau beli gado-gado. Kaca jendela turun pelan-pelan, tampak seorang ibu yang badanya tidak kalah besar dengan mobilnya masih tet..tet...tet... dengan klaksonnya. Penjual gado-gado mendongakkan kepalanya, mengkofirmasi apakah si ibu berniat beli dagangannya. Oh, ternyata tidak, dia mencari sang pemilik rumah, penjual gado-gado pun memanggil yang dimaksud, tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah. Sebentar kemudian, terdengar ibu yang di mobil itu menelpon, ke penghuni rumah tentunya, barulah keluar yang punya rumah yang ternyata anaknya. Sang ibu yang dicari tidak ada ternyata. Intinya, kenapa ibu di mobil gede itu tidak turun saja, baik-baik mendatangi rumah yang dituju, jadi ribut-ribut pake klakson menjadi perhatian orang lain. Hemmm.....

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, kemarin ada berita duka yaitu meninggalnya menteri kesehatan non aktip, ibu Endang Rahayu. Selama beberapa bulan memang beliau dalam kondisi sakit karena radang paru-paru, hingga kritis sampai ujung usianya. Tuh kan, orang kesehatan dan dokter pun bisa sakit juga yang kadang-kadang orang awam sepertiku tidak menduga. Tapi ngomong-ngomong, katanya orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan adalah salah satu kelompok yang rentan kena penyakit, apalagi kalau bukan karena seringnya berhubungan dengan penyakit dan kawan-kawannya. Sungguh, kesehatan itu adalah suatu nikmat yang luar biasa. Tiang untuk beraktivitas adalah badan yang sehat.

Apalagi ceritanya ya. Oh ya, sore kemarin laper-laper tergoda bikin kue. Nyobalah resep cake moka. Dari cara bikinnya kayaknya ini termasuk sponge cake deh. Buktinya, telur lebih banyak dari terigu dan butter leleh. Telur dikocok dengan gula terlebih dahulu sampai kental dan mengembang, dan tanpa pake baking powder pula. Jadinya oke bin mantap, lembut kayak spon, ukuran resepnya (meski bikin cuma separuh resep) pas. Bisa dijadikan resep andalan dan dasar berbagi sponge cake lainnya, keju, orange, coklat, sampai blackforest. Besok bikin lagi ah...

Wednesday, April 25, 2012

Cake Coklat Andalan

Resep ini luar biasa, simpel tapi rasanya mantap. Dari Martha Stewart, cake coklat ini jadi andalan. Setiap bikin cepat habis oleh anak-anak apalagi dibantu teman-teman main mereka ..haha... Percayalah, rasanya lebih ueenaak dari tampangnya..

Cake Coklat (Martha Stewart)

Bahan I
  • 1/2 cup cacao diayak
  • 1/3 cup kopi panas (nescafe yang ada di rumah)
  • 1/2 cup susu, suhu ruang
dicampur, aduk rata, dan dinginkan

Bahan II
  • 1 1/3 cup cake flour (aku pake terigu biasa)
  • 1/2 sendok teh baking powder
  • 1/4 sendok teh garam
dicampur dan diayak

Bahan III
  • 3/4 cup unsalted butter (diriku pake margarine)
  •  1 1/4 cup gula halus (kalo pake gula biasa kayaknya cukup 1 cup)
  • 1/2 sendok makan vanila (aku sering tidak pake karena tidak punya stok)
  • 3 butir telur ukuran sedang (di resep asli tertulis 2 large eggs)
butter dikocok sampai lembut, tambahkan gula dan vanila, aduk rata. masukkan telur satu per satu sambil terus dikocok sampai cukup mengembang.

masukkan cairan coklat + kopi, aduk rata. terakhir masukkan campuran terigu dan diaduk rata cukup dengan spatula. tuang ke loyang dan dibakar selama 40 menit.

biasanya setengah perjalanan (20 menit), loyang kuputar supaya panggangannya rata,dan dilanjutkan 20 menit kemudian sampai matang. karena oven tangkring di atas kompor jadi tingkat derajat panasnya berdasarkan pengalaman dan perasaan. ah, aku pingin sekali punya oven meski otan yang lebih bagus dan mantap, insyaAllah

selamat menikmati....

Tuesday, April 24, 2012

Masih (Susah Bensin)

Makin hari makin penuh saja antrian di SPBU. Pertanyaannya adalah ada apa ini ? Apakah ini juga terjadi di bagian Indoensia lainnya, atau hanya di Kalsel (mungkin juga Kalteng). Beberapa hari yang lalu aku sudah terkaget-kaget waktu beli bensin eceran mencapai Rp.7.000,- per liter, ehh.. kemarin harganya sudah ada yang menaruh di Rp.8.000,- per liter. Wah...wah... tambah pusing saja. Entah kami termasuk golongan layak subsidi atau tidak, toh mau tidak mau harus membeli dengan harga yang nyaris dua kali lipat itu. Bensin memang kebutuhan pokok, bagiku terutama untuk motor yang tiap hari antar jemput anak sekolah yang berjarak sekitar lima kilometer dari rumah. Jadi mengkhayal seandainya sekolah anak-anak relatip dekat, mereka pulang pergi cukup dengan sepeda. Sehat dan murah. Masalahnya sekarang jarak tempuh cukup jauh dan kalau bersepeda sangat beresiko di jalan raya yang padat dan rawan terjadi apa-apa.
Siapa sih mereka yang rela antri setiap hari di SPBU, berlapis-lapis kendaraan, bermeter-meter panjangnya hingga memakan badan jalan, bahkan sudah penuh antrian sebelum SPBU dibuka (bensin masih kosong). Apa tidak ada kegiatan lain, menunggu berjam-jam di antrian ? Konon, sebagian besar mereka adalah para pelangsir ya... entahlah.

Wednesday, April 18, 2012

Bensin oh bensin....

Setengah bulan April sudah berlalu, dan secara resmi harga bensin memang tidak jadi dinaikkan, artinya tetap Rp.4.500,- per liter Tapi sejak dua minggu terakhir bulan Maret sampai sekarang, artinya kurang lebih sebulan, aku belum pernah lagi beli bensin di SPBU. Entah apa sebabnya, betah amat sampai sebulan ya..., antrian di SPBU di Banjarmasin, tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang. Antrian baik mobil apalagi sepeda motor, tetap saja panjang, dan berlapis-lapis. Alhasil, selama ini selalu beli bensin di kios-kios pinggir jalan. Dan hebatnya harganya tidak lagi seperti yang dulu Rp.5.000,- per liter, tetapi sudah Rp.6.000,- atau Rp.6.500,- per liter. Itu di Banjarmasin, konon di daerah Kalteng yang pasokannya dari Kalsel, di eceran sudah mencapai minimal Rp.7.000,-
Juga, harga bahan-bahan pokok, yang menjelang rencana kenaikan BBM dulu sudah naik, sampai sekarang pun enggan turun atau kembali ke harga awal. Duh, beratnya ya... Bawa selembar  limapuluh ribuan sehari, seperti bawa seribuan atau duaribuan, langsung habis. Tapi, seharusnya dalam keadaan begini, kita wajib melihat ke bawah. Bagaimana mereka yang berpenghasilan pas-pasan ? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan pokok keluarganya di tengah harga-harga yang kian tinggi ini ? Selayaknya kita masih bisa bersyukur, kalau melihat mereka.
Belum lagi, berita tentang kejahatan geng motor. Aduh, orang-orang itu ya ...., pake sepeda motor (yang pastinya mengkonsumsi bensin), untuk membuat onar dan kejahatan. Itu mungkin yang dikatakan salah seorang teman, bahwa kita boros dengan bensin. Boros karena penggunaan bensin hanya untuk kebut-kebutan (senang-senang) termasuk mobil-mobil pribadi yang isi penumpangnya relatip sedikit. Entahlah, bagiku sebuah kendaraan sepeda motor di rumah ini sangatlah penting, karena digunakan untuk kegiatan sehari-hari antar jemput anak-anakku sekolah dari mereka TK sampai saat ini sudah SMP. Kalau mobil, memang seharusnya Pemerintah mengelola angkutan umum lebih baik lagi sehingga layak dan nyaman digunakan masyarakat, dan akan mengurangi penggunaan mobil pribadi.
Naik sepeda motor itu nikmat, mengutip dari teman di dunia maya, dengan sepeda motor kalau hujan kita tidak kepanasan dan kalau panas tidak kehujanan ... hehe...:) Bagiku, kerekatan keluarga semakian lengket saat naik satu motor satu keluarga ..., kan jadi mepet-mepet supaya muat...:)

Hai, my blog

Kiat rajin menulis di blog (ala diriku) :
  1. nyalakan kompi dan langsung buka blog terlebih dahulu (jangan google, fb, twitter, dll yang akan menyita waktu membaca sehingga malas ke blog)
  2. nyalakan komputer dahulu daripada TV, nanti keasyikan lihat TV malas nge-blog
  3. sempatkan diri, setiap hari, saat belum sibuk atau sedang santai, membuka blog
  4. tulis segera yang ada dalam kepala, tentang isi dan tata bahasa bisa diedit kemudian
  5. biar sedikit tapi ada jejak menulis, tidak perlu panjang lebar
  6. kalau ada rezeki, miliki smart phone, sehingga bisa ngetik dimana saja ( susah bawa komputer kemana-mana ... )
Ayo, lirik lagi blog nya, dan coret sesuatu di sana. Tinggalkan jejak yang bisa dikenang di masa mendatang

Tuesday, February 28, 2012

Bahan Pokok

Februati bulan terbasah. Hujan paling sering turun. Tetapi beberapi hari ini, panas terik dengan cuaca yang tidak enak, hujan hanya gerimis. Anak-anak bergantian sakit, sakit umum musim hujan, panas batuk pilek. Termasuk orangtuanya juga ikut sakit. Perlu ekstra vitamin, makan banyak supaya tetap kuat melayani anak-anak.

Banjarmasin, terutama di lingkungan tempat tinggalku juga kurang nyaman akhir-akhir ini. Beberapa kali listrik mati. Dan yang terutama adalah air PDAM yang tidak mengalir, kalaupun mengalir debitnya sangat kecil dan hanya mampu keluar di keran terendah (tidak sampai semeter dari permukaan tanah). Berhari-hari sudah keadaan ini. Yang baru kutemui di sini adalah, biar berlangganan PDAM tapi belakangan ini banyak rumah yang memiliki mesin air, bukan menyedot air tanah tapi 'lomba' menyedot air PDAM yang debitnya kecil tersebut. Awalnya aku juga tidak punya, akibatnya sangat kesulitan air. Tapi kok melihat para tetangga dengan santainya 'membuang-buang' air untuk mencuci mobil segala, ternyata mereka sedot air PDAM itu dengan mesin. Ya sudah, akhirnya suamiku juga menyedikan mesin tersebut. Sejujurnya aku kurang suka harus menyedot terus, pertama kasihan bagi yang tidak punyai mesin, semakin sulit air menetes di rumah mereka karena keburu disedot rumah-rumah lain, kedua kok biayanya jadi dobel ya , ya bayar PDAM juga bayar listrik untuk menyalakan mesin airnya. Di daerah kami tidak memungkinkan menyedot air tanah karena umumnya perumahan di sini berada di atas tanah rawa yang berair (rumah panggung).

Dulu, ketika aku SD atau SMP, dari pelajaran yang kuterima, bahan kebutuhan pokok itu antara lain rumah, pakaian dan bahan makanan pokokk seperti beras dkk. Ternyata saat ini banyak sekali bahan pokok yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Krisis BBM terutama, bensin dan gas, kok jadi masalah cukup memusingkan belakangan ini. Di stasiun pompa bensin, sering terjadi antrian, meski biasanya solar, tapi pada saat-saat tertentu bensin juga sering antri. Satu lagi kebutuhan pokok yaitu gas elpiji. Selama sebulan terakhir kelangkaan gas melanda Banjarmasin. Kami juga kena dampaknya. Harga refill tabung 12 kg pada saat normal adalah Rp.95.000,-- ternyata dengan susah payah kami mendapat gas di jaman 'susah' dikenai harga Rp.130.000,--   Alasannya pasokan dari Balikpapan terhambat, hu ...hu... jadi kepingin ke Balikpapan memborong langsung di sana ... :)

BBM sangat berpengaruh dengan harga-harga barang lainnya. Kenaikan harga BBM dan kelangkaannya, otomatis bisa mendongkrak harga-harga barang lainnya. Duh, bener deh... ibu rumah tangga sebagai manajer keuangan bertambah pusing jadinya. Masak, mau balik pakai kayu bakar lagi, lagian kayu juga semakin susah didapat lho....

Tuesday, January 31, 2012

Si Bungsu Sakit

Hemmm, lama tidak mencoret jejak di blog ini. Percayalah profesi sebagai ibu rumah tangga tanpa bantuan keluarga dan asisten adalah pekerjaan terkompleks sedunia dan menyita waktu sehingga cita-cita menulis rutin setiap hari sedikit terabaikan.

Kejadian penting minggu ini adalah anak bungsuku masuk rumah sakit (rawat inap) selama 4 hari. Berawal dari demam ringan selama dua hari, di hari ketiga sampai kelima panasnya kok tambah susah turun dan mulai keluar batuk-batuk. Semua gejala masih kutangani sendiri di rumah, karena sudah sekitar dua tahun kami jarang ke dokter untuk menangani sakitnya anak-anak, toh biasanya sembuh dengan obat yang sewajarnya. Minggu kemarin cukup berat bagiku, sementara bagi keluarga lain mungkin sesuatu yang menyenangkan karena ada libur weekend yang panjang karena ada tahun baru imlek. Suamiku dan rekan sekantornya memanfaatkan libur tiga hari dengan rekreasi keluar kota, anak keduaku ikut kegiatan outbonding dengan teman-teman satu sekolah. Di luar dugaan, sakit anak bungsuku tambah mengkhawatirkan. Setiap malam aku begadang menjaga dia yang gelisah turunnya, kasihan melihat bibirnya yang kering terkelupas dan detak napasnya yang nampak pendek-pendek seperti banyak lendir yang susah dikeluarkan.

Seiring dengan habisnya obat penurun panas, Sabtu pagi itu kuputuskan kubawa anak bungsuku ke rumah sakit. Di rumah sakit (praktek kliniknya) terdekat, aku mendatangi dokter umum karena dokter anak hanya praktek setelah magrib. Oleh dokter umum yang menangani, anakku diharuskan rawat inap dengan diagnosa radang paru (pnemonia). Aku sudah menduga kalau dibawa ke rumah sakit pasti disuruh opname, sebenarnya membantu juga sih ... supaya panasnya tertangani dengan benar minimal lewat cairan infus. Yang jelas, yang kulakukan pertama adalah menelpon ayahnya agar segera pulang karena jelas aku bingung kalau menghadapi sendiri. Di hari  pertama, segala treatment langsung dikenakan pada anakku, rontgen, ambil darah, obat-obatan, sampai harus diuap (nebulizer ?). Hebatnya si bungsu, tiap jarum suntik yang menusuk tubuhnya selalu dipandanginya tanpa menangis atau menjerit, saat jarum infus dan ambil darah berlangsung. Kecuali jeritan kecil saat disuntik di bawah kulit untuk tes alergi antibiotik yang memang sakit itu.

Hari pertama, si bungsu terkulai lemas di tempat  tidur sambil memandangi infusnya dan sesekali minta lepaskan infusnya, tapi alhamdulillah panasnya sudah normal sejak pertama masuk rumah sakit. Seiring dengan nyamanya badan, nafsu makanya mulai timbul lagi. Pada dasarnya anak bungsuku ini memang tidak bermasalah dengan nafsu makannya, kecuali pada saat sakit. Hari kedua dan ketiga, perlakuan tetap sama, obat-obatan dan diuap. Sesak nafasnya berkurang, batuk kecil masih ada tapi suhu badan sudah normal. Hari ketiga (Senin, pas imlek) sebenanrya sudah ingin keluar rumah sakit, tapi apa daya dokter yang menangani keluar kota jadi harus menunggu beliau esok harinya.

Hari keempat, lewat tengah hari setelah bertanya kepada para perawat, akhirnya dokternya mengijinkan keluar dan dilanjutkan dengan rawat jalan. Yang mengejutkan, kata dokternya melihat hasil rontgen dan kesimpulan yang disampaikan radiolog, anakku terkenan TB aktip, jadi harus menjalani pengobatan jangka panjang yaitu selama enam bulan tanpa terputus setiap harinya. Dengan kondisi cape dan stress, aku jgua sedang batuk-batuk, sambil menangani dua anak lainnya, kami sebagai orangtua 'pasrah' menerima vonis dokter. Yang pasti, aku sudah ingin sekali pulang, dan suamiku juga harus segera balik ke kota tempat bekerjanya hari itu juga setelah mendapat ijin sehari. Akhirnya menjelang magrib, bisa juga pulang ke rumah dengan membawa oleh-oleh obat TB untuk seminggu karena harus kontrol lagi. Obatnya berupa puyer berwarna merah dan sirup (kayaknya antibiotik). Malam itu hanya kuberi obat batuk meneruskan yang diberi di rumah sakit, rencananya mulai besok paginya baru dimulai obat puyer tersebut.

Paginya, Rabu, setelah selesai mengurus kedua anakku berangkat sekolah, aku mengurus si bungsu lagi dengan meminumnya bungkus pertama puyernya. Ih, pekat banget ...satu sendok teh penuh belum dicairkan dengan air, dan warnya merah pink orange campur-campur, anakku sampai susah dan menolak-nolak meminumnya, pasti rasanya juga nano-nano, tapi apa boleh buat demi kesembuhan. Tidak lama kemudian, dia tertidur kembali. Setelah aku 'sendiri', tiba-tiba aku merasa 'waras' dan segera duduk di depan komputer untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit TB. Ah, sungguh saat di rumah sakit tak terlintas untuk mencari informasi seperti ini. Dan, demikianlah, sederet informasi bertubi-tubi kubaca, semakin banyak kuterima semakin kuragukan vonis TB anakku.

Beberapa tanda-tanda TB apda anak yang kubaca :
Pertama, harus ada kontak lama dengan orang dewasa yang positip TB. Satu-satunya orang dewasa yang kontak lama adalah diriku, meskipun saat ini sedang batuk, batukku baru beberapa hari ini. Eh, aku jadi tersangka, jadi  pengen di tes juga apakah aku penularnya. Rasanya sih tidak ...

Kedua, bermasalah dengan nafsu makan dan berat badan. Anak bungsuku ini sangat tidak bermasalah dengan nafsu makan dan tidak picky eater. Meskipun kenaikan berat badannya relatip sedikit, tapi masaih dalam batas yang wajar mengingat dia anak yang aktip. Pada saat sakit, memang tidak bernafsu makan, jangankan anak-anak orang dewasa juga demikian, bukan ?

Ketiga, apakah tiap malam berkeringat meski cuacanya tidak panas. Jawabannya tidak. Justru beberapa hari saat badannya panas di rumah aku sangat ingin dia berkeringat untuk menurunkan suhu badannya.

Batuk berkepanjangan ? Juga tidak, karena batuknya baru sekitar tiga harian. Meski pada anak, gejala TB tidak mesti batuk.

Setiap hasil rontgen, tampak berkabut pada paru-parunya, belum tentu TB. Pada anak, tes TB lainnya adalah tes mantoux. Nah, ini dia. Aku seperti baru membuka lipatan lemari yang tertutup selama di rumah sakit. Padahal aku sudah pernah mendengar tentang tes mantoux ini dari informasi-informasi di internet, dan juga sekitar delapan tahun yang lalu anak sulungku juga pernah di tes mantoux. Waktu itu gejalanya batuknya lama tidak baik-baik, sudah dirontgen akhirnya dites mantoux. Yah, akhirnya ku bismillah, mengambil langkah mencari second opinion dan minta di tes mantoux dahulu. Karena tidak banyak mengenal dokter, akhirnya kupilih dokter spesialis paru, berkonsultasi apakah hanya dengan hasil rontgen seorang anak bisa dikatakan positip terkena TB. Kata beliau, dari hasil rontgen memang mengarah ke situ, tetapi kita jalani dulu tes mantouxnya. Hmmm, hmmmm, hmmmm..

Kamis pagi, si bungsu disuntuik tes mantoux. Tidak seperti si sulung yang dites mantoux dulu aku bersandar penuh dengan kata dokter, karena minim informasi. Pada si bungsu, setelah disuntik, dengan perasaan sedikit parno dan pasrah, sering kuamati sendiri di tempat suntikannya, timbul benjolan kah, berapa besar benjolannya, bagaimana setelah 24 atau 48 jam nanti ? Sampailah di hari Sabtu, dan terlewati sudah 48 jam. Tidak ada tanda-tanda benjolan (indurasi) di tempat suntikannya. Jadwal kembali ke dokter, dan sesuai yang kami sangka, anakku negatip TB. Alhamdulillah.


Bukan menolak pengobatan, tetapi karena obat ini jangka panjang dan konon akan berpengaruh pada fungsi hati, alangkah baiknya diagnosa ditegakkan benar-benar jangan sampai salah. Benar kalimat yang disampaikan mbak Agnes (seorang sahabat maya yang juga dokter), be smart patients be smart parents. Anak adalah amanah, tanggungjawab orangtua mengurus dan mendidiknya. Orangtua tridak bisa memilih seperti apa anak yang dilahirkan, tetapi kita dibekali akal pikiran untuk bisa memilih cara terbaik merawat dan membimbingnya.

Sunday, January 1, 2012

01 Januari 2012

Malam tahun baru tidak ada yang spesial. Bagiku seperti malam-malam sebelumnya, tak perlu ikut heboh turun ke jalan atau ke pusat-pusat persayaan malam pergantian akhir tahun. Mubazir atau banyak sekedar hura-hura tanpa memberi manfaat. Padahal hanya untuk pergantian kalender saja, berapa biaya terbuang sia-sia. Meski banyak pula yang melakukan kegiatan positp yaitu perenungan atau muhasabah, terutama melihat jejak kehidupan kita setahun terakhir dan meneruskan langkah ke hari berikutnya dengan harapan-harapan dan action yang nyata tentunya.

Gambar dari Google Image

Alhamdulillah, ini musim hujan, dan seperti malam-malam sebelumnya, semalam sejak sekitar pukul 22.00 hujan deras mengguyur Banjarmasin sampai lewat tengah malam. Tapi meski hujan, tetap masih ada yang memainkan kembang api saat waktu memasuki tanggal 01 Januari 2012. Oh, aku tidak berada di pusat perayaan tahun baru. Hanya di rumah, tepatnya sudah di kamar tidur, anak-anak sudah lelap, tapi di komplek kami ada yang meluncurkan kembang api sehingga suaranya terdengar memecah sunyinya komplek bercampur suara hujan. Anak-anakku sempat merengek, siang harinya, minta dibelikan terompet. Tanpa dibelikan terompet, kami belikan sedotan untuk dibuat alat tiup seperti terompet, hehe.... it works.

Siang hari sebelumnya (tanggal 31 Desember 2011) kami jalan sekeluarga. Hanya sekedar jalan-jalan, menemani suami ke bengkel kemudian mampir di sebuah tempat makan. Karena masih siang menjelang sore, tempat makan tersebut masih relatip kosong. Kami prediksi malam harinya pasti penuh sesak. Nah, bersebelahan dengan meja makan kami, tampak sekumpulan anak muda sedang makan bersama. Meja yang disediakan cukup panjang, kira-kira ada 20-an orang yang mengitari meja itu. Aku tidak tahu darimana mereka, hyanya mengamati bahwa yang wanita seluruhnya pake kerudung, dan yang pria seluruhnya rambutnya cepak. Usia sekitar awal 20-an, masing-masing aktip pegang smart phone berbagai model.  Sekelompok-sekelompok kecil ada yang pulang duluan, tapi masih banyak yang tersisa. Pada saat pamitan keluar, mereka bersalaman beda dari yang biasa kulihat. Hemmm...mungkin itu ciri kelompok mereka ya. Salaman dengan jari-jari seperti orang mau panco itu lho ...

Siang tadi (01 Januari 2012), kami menghadiri undangan pernikahan anak seorang teman suamiku. Anaknya teman kami ini seorang wanita, masih kuliah, demikian pula suaminya sang mempelai pria, juga masih kuliah. Hebat ya, mereka berani menikah di usia relatip muda, kutaksir baru awal 20-an, tapi didukung penuh oleh keluarganya. Semoga berkah lah...

Harapan yang ditorehkan di tahun ini, sama seperti hari-hari kemarin. Semoga kami senantiasa sehat, bersyukur atas nikmat iman dan berharap selalu diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Bagiku, inginnya segera berkumpul satu kota dengan suami, sehingga menjalani rumah tangga ini lebih saling menguatkan dan mengisi satu sama lain. Kalau bicara keluhan dan kekurangan mungkin tidak ada habis-habisnya, benarlah pendapat seorang teman yaitu daripada mengeluh, seringlah datang ke UGD suatu Rumah Sakit, di sana banyak kejadian yang yang akan meningkatkan rasa syukur kita. Kalau Tuhan memberi ujian hidup seperti ini, pasti Dia sudah tahu kemampuan kita. Semangat...