Hari ini tanggal 25 Nopember 2011, dua belas tahun yang lalu lahirlah putri pertama kami. Waktu itu sudah diberitahu oleh iparku bahwa tanggal 25 Nopember bertepatan dengan hari guru, tepatnya hari PGRI. JAdi, di setiap tahun orang-orang merayakan hari guru aku mengenang pertambahan usia anakku.
Anak putri satu-satunya dari tiga bersaudara karena dua adiknya laki-laki semua. Mungkin seperti orangtua lainnya, anak pertama biasanya ajang 'latihan' sebagai orangtua, ya mengurus, merawat fisiknya maupun membimbing perkembangannya dengan berbagai cara yang baru pertama kali diterapkan. Ilmu mendidik anak pertama biasanya akan terpakai lagi untuk anak-anak selanjutnya. Istilahnya pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari ketiga anakku memang si sulung yang paling banyak riwayat sakit dan opnamenya. Selama usia balita dia tiga kali diopname di rumah sakit dan kota yang berbeda. Yang pertama panas tinggi yang tidak jelas sebabnya, diduga demam berdarah tetapi negatip sampai panas mereda dan boleh keluar rumah sakit. Yang kedua panas tinggi dan buang air terus sehingga BBnya merosot, kata dokter malaria karena daerah tempat tinggal kami dulu rawan malaria. Yang ketiga panas dan perut kembung, diagnosa dokter tifus dan harus diopname untuk diinfus. Anak kedua pernah sekali dirawat inap di RS, itupun karena tertular kakaknya yang baru sembuh tifus. Sementara anak bungsu, Alhamdulillah, tidak pernah rawat inap, berkat ilmu emaknya yang terus bertambah.
Kadang-kadang putri sulungku ini juga ada bertanya, mengapa dirinya yang paling sering masuk RS. Jujur saja kukatakan karena saat itu pengetahuan dan pengalaman orangtuanya mengurus anak masih minim. Tidak tegaan melihat anak sakit, sedikit-sedikit dibawa ke dokter. Ternyata memperoleh ilmu dari internet membawa berkah, sekarang kami sudah jarang membawa anak ke dokter kalau hanya gejala sakit masih wajar. Bahkan anak bungsuku sejak usia sepuluh bulan, imunisasi wajib terakhir, tidak pernah lagi berobat ke dokter, hingga saat ini usianya tiga tahun. Kalau sakit pastilah pernah, tapi dirawat semampunya dahulu di rumah, dan Alhamdulillah semakin sedikit mengkonsumsi obat terutama antibiotik, kondisi daya tahan tubuh anak-anakku relatip baik dan jarang sakit.
Katanya, anak adalah harta yang berharga. Buktinya bila kita mendapat ujian atas anak-anak kita, orangtua mana yang tidak sedih, meskipun bila sedang sadar ingat bahwa mereka hanya titipan dariNya dan kita pelaksana amanah untuk membinbing mereka. Ujian berat terhadap kami adalah pada saat si sulung ini didiagnosa ada tumor di dalam kepala. Kata-kata 'tumor' dan 'dalam kepala' ini bagai tamparan yang sangat keras bagi kami terutama diriku. Bagaimana kita bisa membayangkan bahwa kata dokter letak tumor adalah di belakang mata dan di bawah otak. Bagaimana aku bisa membayangkan cara mengeluarkan benda asing itu dari dalam kepala anakku. Istilah medisnya aku kurang banyak tahu, hanya satu istilah yang lengket di benak kami, namanya kalau tidak salah mukokel, sejenis tumor jinak. Tidak ada dari kami sebagai orangtua bahwa anak kami akan mendapat 'penyakit' seperti itu. Tanpa gejala dan kesakitan sama sekali, kecuali tambah waktu bola matanya seperti terdorong keluar karena memang didorong oleh mukokel tersebut.
Ujian yang kami rasa begitu berat, ternyata salah satu jalan membuka mata kami, karena selama mengantar putri kami ke RSU Sardjito Surababaya, betapa lebih banyak pasien yang lebih menderita dengan berbagai penyakit mereka. Pada saat mengurus berbagai macam biaya, ada saja yang lebih kesulitan daripada kami. Pada saat di ruang MRI untuk scan, banyak lagi yang hadir dengan penyakit yang lebih berat. Pada saat kami sempat terombang-ambing prosedur RS karena harus melalui berbagai ruang dokter dahulu (dari THT umum, mata, onkologi, scan/MRI, dokter spesialis bedah, hingga mencari ruang rawat inap yang kosong) masih banyak pasien yang berhari-hari dan berpanjang-panjang antri untuk melewati prosedur tersebut.
Putriku menjelang remaja sekarang. Dia sudah mampu membantu orangtuanya menjaga kedua adiknya dan pekerjaan rumahtangga lainnya. Semoga Allah senantiasa membantu kami untuk mendidik dan membimbingnya. Selamat ulang tahun, anakku yang manis.
Friday, November 25, 2011
Monday, November 21, 2011
Dikunjungi Biawak
Kemarin baru melihat selintas acara Gadis Petualang, acara yang berisi kegiatan seorang Gadis menjelajah ke berbagai daerah di Indonesia dan berinteraksi dengan hewan-hewan liar. Salah satu hewan yang ditemuinya kemarin adalah biawak, dan menurut penuturannya bahwa biawak itu ternyata beracun juga, yah sebagai senjata lah. Kemudian hari ini, sambil membantu anak mengerjakan PR, terucap kata lizard. Sekedar tambahan pembelajaran, kutanya arti lizard, jawab anakku biawak. Kuralat, karena kalau lizard artinya cicak, sedangkan untuk biawak kalau tidak salah bahasa inggrisnya monitor lizard. Aku dan anak-anakku sedang duduk-dudk di lantai dengan buku-buku yang berserakan. Udara tengah hari itu terasa panas sekali, jadi pintu teras belakang kami buka sepertiga maksudnya supaya ada angin segar masuk ke ruangan, meskipun sudah pakai kipas angin.
Tak lama kemudian ayahnya anak-anak datang dari suatu urusan. Sesaat setelah suamiku berganti baju, dan terjadilah peristiwa 'mengejutkan' itu. Ada bunyi ribut-ribut dari teras belakang, kupikir para kucing sedang bertengkar atau ada benda yang jatuh. Rasa ingin tahu itu cuka sekejap, selanjutnya kami sekeluarga seperti berloncatan ke tempat yang lebih tinggi (kursi). Bagaimana tidak, seekor biawak sepanjang kurang lebih semeter 'tergopoh-gopoh' masuk ke dalam rumah. Aku menduga dia sedang berkelahi dengan temannya dan terjepit sehingga menghindar dengan cara melompat ke teras (tinggi teras dari tanah sekitar 50 - 60 cm) dan masuk lewat pintu yang sedikit terbuka. Aku, suamiku, dua anakku spontan kaget dan berusaha menghindar, sampai....Astaghfirullah ada satu anakku 'tertinggal' di lantai. Anak bungsuku yang berusia tiga tahun nampak tenang masih rebah-rebahan di lantai sementara sang biawak melintas di sampingnya. Saat biawak berlalu dari anakku, dan ternyata dia masuk ke salah satu kamar kami, segera kuangkat anak bungsuku dan membawanya naik ke atas meja. Kupikir akan lebih aman di meja karena lebih tinggi dari kursi, 'kan si biawak mampu naik ke teras kami.
Setelah 'sadar' dari keterkejutan kami, suamiku segera menyuruh kami semua keluar rumah sementara dia berusaha menghalau biawak keluar. Ternyata usaha mengusir si biawak tidak gampang. Entah karena biawaknya stress dengan lingkungan yang asing dengannya sehingga jadi bingung sendiri. Jendela sudah dibuka (jendela panjang dengan tinggi sekitar 45 cm dari lantai) dengan harapan si biawak akan melompat keluar, tapi tak kunjung terjadi hal tersebut. Malah si biawak sempat muntah sedikit (eee...baunya tidak enak saat kubersihkan setelah kejadian), eh si biawak malah 'nengok' ke kamar sebelahnya lagi. Akhirnya setelah sekitar setengah jam berlalu, biawak dapat dikeluarkan melalui pintu depan. Suamiku berhasil sedikit mengikat badanya dengan tali dan menuntunnya keluar.
Di luar yang aku bayangkan, tidak seperti yang sering kulihat atau saat dia masuk tadi, pada saat keluar dan kami 'antar' ke air lagi, jalan si biawak tampak lemas dan tidak gesit. Dugaan kami kayaknya dia stress, kasihan ya...
Tanah di daerah kami tinggal memang tanah rawa. Rumah-rumah yang dibangun di sini adalah bangunan yang didirikan di atas tanah rawa/berair sehingga beda dengan di daerah lain yang pondasi bangunan langsung di atas tanah, di tempat kami harus memasang pondasi kayu-kayu galam dulu ke dalam air. Nah, di tanah rawa inilah di antaranya ada biawak-biawak tersebut, selain ikan. BTW, dulu kami juga sering memancing cukup di samping rumah dan beberapa kali memperoleh ikan gabus (di sini disebut iwak haruan). Jelas para makhluk air tersebut bermukim terlebih dulu di sana, kemudian manusia, sesuai kebutuhan hidup akan perumahan, mendirikan bangunan-bangunan di atas lingkungan tersebut. Kebetulan perumahan tempat tinggalku relatip baru sehingga masih banyak terdapat ruang tanah rawa terbuka. Beberapa tahun yang lalu, aku bahkan sempat melihat sejenis berang-berang sekelompok keluar dari air, berjalan di jalan komplek yang masih tanah, kemudian nyemplung lagi ke air di seberang jalan. Aku melihatnya di saat dini hari (waktu itu kalau tidak salah bulan puasa), dan sepertinya tidak banyak yang tahu.
Biawak di sekitar rumah kami sudah beberapa kali terlihat, tetapi sampai masuk ke rumah baru kali ini dan semoga tidak lagi karena menyiksa kedua belah pihak, manusia dan biawaknya sama-sama stress....hehe. Beruntung hari ini libur, ada suami yang mengatasi, apa jadinya bila harus aku sendiri yang menghadapi. Demikian yang ditanyakan anak-anakku, apa yang mama lakukan atas kejadian tadi sekiranya ayah mereka sedang tidak ada di rumah. Wah, kujawab saja hal itu tidak bisa berandai-andai, sesuatu yang tidak terduga dan memaksa biasanya dikeluarkan jurus kepepet........hehe.....
Tak lama kemudian ayahnya anak-anak datang dari suatu urusan. Sesaat setelah suamiku berganti baju, dan terjadilah peristiwa 'mengejutkan' itu. Ada bunyi ribut-ribut dari teras belakang, kupikir para kucing sedang bertengkar atau ada benda yang jatuh. Rasa ingin tahu itu cuka sekejap, selanjutnya kami sekeluarga seperti berloncatan ke tempat yang lebih tinggi (kursi). Bagaimana tidak, seekor biawak sepanjang kurang lebih semeter 'tergopoh-gopoh' masuk ke dalam rumah. Aku menduga dia sedang berkelahi dengan temannya dan terjepit sehingga menghindar dengan cara melompat ke teras (tinggi teras dari tanah sekitar 50 - 60 cm) dan masuk lewat pintu yang sedikit terbuka. Aku, suamiku, dua anakku spontan kaget dan berusaha menghindar, sampai....Astaghfirullah ada satu anakku 'tertinggal' di lantai. Anak bungsuku yang berusia tiga tahun nampak tenang masih rebah-rebahan di lantai sementara sang biawak melintas di sampingnya. Saat biawak berlalu dari anakku, dan ternyata dia masuk ke salah satu kamar kami, segera kuangkat anak bungsuku dan membawanya naik ke atas meja. Kupikir akan lebih aman di meja karena lebih tinggi dari kursi, 'kan si biawak mampu naik ke teras kami.
biawak sedang jalan-jalan di komplek kami |
Di luar yang aku bayangkan, tidak seperti yang sering kulihat atau saat dia masuk tadi, pada saat keluar dan kami 'antar' ke air lagi, jalan si biawak tampak lemas dan tidak gesit. Dugaan kami kayaknya dia stress, kasihan ya...
Tanah di daerah kami tinggal memang tanah rawa. Rumah-rumah yang dibangun di sini adalah bangunan yang didirikan di atas tanah rawa/berair sehingga beda dengan di daerah lain yang pondasi bangunan langsung di atas tanah, di tempat kami harus memasang pondasi kayu-kayu galam dulu ke dalam air. Nah, di tanah rawa inilah di antaranya ada biawak-biawak tersebut, selain ikan. BTW, dulu kami juga sering memancing cukup di samping rumah dan beberapa kali memperoleh ikan gabus (di sini disebut iwak haruan). Jelas para makhluk air tersebut bermukim terlebih dulu di sana, kemudian manusia, sesuai kebutuhan hidup akan perumahan, mendirikan bangunan-bangunan di atas lingkungan tersebut. Kebetulan perumahan tempat tinggalku relatip baru sehingga masih banyak terdapat ruang tanah rawa terbuka. Beberapa tahun yang lalu, aku bahkan sempat melihat sejenis berang-berang sekelompok keluar dari air, berjalan di jalan komplek yang masih tanah, kemudian nyemplung lagi ke air di seberang jalan. Aku melihatnya di saat dini hari (waktu itu kalau tidak salah bulan puasa), dan sepertinya tidak banyak yang tahu.
Biawak di sekitar rumah kami sudah beberapa kali terlihat, tetapi sampai masuk ke rumah baru kali ini dan semoga tidak lagi karena menyiksa kedua belah pihak, manusia dan biawaknya sama-sama stress....hehe. Beruntung hari ini libur, ada suami yang mengatasi, apa jadinya bila harus aku sendiri yang menghadapi. Demikian yang ditanyakan anak-anakku, apa yang mama lakukan atas kejadian tadi sekiranya ayah mereka sedang tidak ada di rumah. Wah, kujawab saja hal itu tidak bisa berandai-andai, sesuatu yang tidak terduga dan memaksa biasanya dikeluarkan jurus kepepet........hehe.....
Tuesday, November 15, 2011
Gambar Tercecer
Seseorang yang rutin ngeblog setiap hari, menurutku itu hebat. Bukan sekedar rajin di awal buka blog saja tetapi blognya bisa awet bertahun-tahun karena terus diupdate. Ada saja ide mereka ya, katanya sih semakin rajin menulis akan semakin mudah ide mengalir. Diriku baru pemula, bukan saja belum mahir menyaring ide tetapi terutama mencari waktu buat ngetik di kompi saja relatip susah.
Di sela-sela kegiatan beres-beres rumah kemarin, menemui berkas gambar-gambar tercecer. Ini yang menggambar adalah diriku, mencontoh dari berbagai buku tetapi tidak menjiplak lho. Tujuannya saat itu buat pelajaran membaca anakku. Karena sudah bertahun-tahun rupanya nyelip dan nyaris terlupakan. Kupikir daripada nanti terbuang karena sifat kertas mudah kumal dan rusak, ya sudah kuscan saja buat dokumentasi di masa mendatang. Ah, sambil mengagumi hebatnya Dia menciptakan aku sehingga bisa juga menggambar seperti ini....hehe...:)
Blog ibarat lemari file aktivitasku, cermin pembelajaran dari masa lalu.
Di sela-sela kegiatan beres-beres rumah kemarin, menemui berkas gambar-gambar tercecer. Ini yang menggambar adalah diriku, mencontoh dari berbagai buku tetapi tidak menjiplak lho. Tujuannya saat itu buat pelajaran membaca anakku. Karena sudah bertahun-tahun rupanya nyelip dan nyaris terlupakan. Kupikir daripada nanti terbuang karena sifat kertas mudah kumal dan rusak, ya sudah kuscan saja buat dokumentasi di masa mendatang. Ah, sambil mengagumi hebatnya Dia menciptakan aku sehingga bisa juga menggambar seperti ini....hehe...:)
Blog ibarat lemari file aktivitasku, cermin pembelajaran dari masa lalu.
Saturday, November 12, 2011
11-11-2011
Seharusnya ditulis kemarin, bertepatan dengan tanggal 'fenomenal' 11 Nopember 2011 atau yang lebih keren disingkat 11-11-11. Ada apa di tanggal tersebut ? Karena susunannya cantik jadi banyak yang mengangkatnya sebagai 'hari istimewa' dan sebagai tema pembicaraan sepanjang hari. Bayangkan, yang menikah dan melahirkan 'paksa' ditepat-tepatkan dengan tanggal 11-11-2011. KUA dan penghulu sibuk berat sampai-sampai ada berita nikah massal segala ... :), dokter-dokter kandungan dan tenaga kesehatan repot ngurus kelahiran terutama yang pakai operasi cesar segala demi tepat waktu.
Tanggal 11-11-2011 kemarin juga adalah pembukaan acara SEA GAMES ke-26 di Palembang. Konon kabarnya meriah, wah...nggak nonton berhubung TV dikuasai anak-anak, terus lanjut belajar (tepatnya membantu anak ngerjakan PR) bersama. Hanya turut berdoa semoga Indonesia yang besar secara angka (jumlah penduduk, luas wilayah, keberagaman dan kekayaan) bisa menghasilkan yang terbaik, with fair play. Tanggal 11-11-2011 juga batas akhir vote komodo for seven wonders yang menghebohkan itu (heboh karena diragukan keabsahannya) dan sekarang tinggal menunggu hasil/pengumumannya. Sebenarnya ada tidaknya vote via sms, sudah sewajarnya kita merawat kelestarian alam dan budaya bangsa kita sendiri, bukan untuk dipandang hebat oleh mata dunia, tetapi lebih sebagai warisan berharga untuk anak cucu kelak.
Sehari sebelumnya adalah Hari Pahlawan tanggal 10 Nopember. Dari berbagai social media, banyak rekan-rekan yang mengangkat orangtuanya, terutama ibu, sebagai pahlawannya karena jasa seorang ibu yang telah membentuk pribadi anak-anaknya sehingga mereka menjadi seperti sekarang.
Nah, bagiku, tanggal 11-11-2011 kebetulan bertepatan dengan ulangtahun anak bungsuku. Tiga tahun yang lalu Allah menitipkannya pada kami untuk dididik dan ddibimbing sebagai insan di bumi. Beberapa tahun ke depan, adakah terlintas dalam pikirannya bahwa aku layak sebagai pahlawan yang berhasil memberi didikan terbaik padanya ? Itulah, amanah yang harus kujalani setahap demi setahap, dan tak pantas meletakkan pamrih atas semuanya. Pamrih untuk segala ibadah kita hanya untuk Dia, Sang Maha Segala.
Sejak awal, ketika hendak menikah, keinginanku adalah segeramemiliki anak. Tapi takut mengecewakan, suamiku saat itu mengatakan bagaimana seandainya kita tidak bisa memiliki anak ? Kita angkat saja seorang anak (adopsi), begitu jawabku. Alhamdulillah, hanya sebulan setelah menikah, aku positip hamil dan lahirlah anak pertama. Kemudian, aku punya 'kesukaan' dengan hitungan ganjil tiga, yah seperti hitungan (sunnah) wudhu adalah 3 kali setiap gerakan membasuh anggota tubuh, kuberharap juga punya anak tiga orang. Anak kedua, waktu itu tidak berjarak jauh dengan kakaknya, kurang lebih 2,5 tahun. Setelah anak kedua menjelang usia 2 tahun, aku ingin sekali punya anak ketiga. Entahlah, seperti mengejar target tertentu mengganjilkan jumlah anak, kadang-kadang aku sendiri tidak mengerti. Tapi apa daya belum jua memberikan hasil, hingga sampai batas pasrah dan 'kembali' mengulang ucapan dalam hati, bagaimana bila mengadopsi anak saja.
Seringkali terjadi, kemudahan itu terjadi pada saat di puncak masalah dalam hal ini keinginanku untuk punya anak ketiga. Seringkali, di puncak kesulitan dan kita sandarkan kepasrahan, baru terbitlah kemudahan. Begitu pula diriku, di puncak kepasrahan, akhirnya aku hamil juga dan jarak dengan anak kedua adalah 6 tahun. Masing-masing kehamilan mempunyai ceirta tersendiri. Di kehamilan ketiga, usia kandungan baru 2 - 3 bulan, suamiku dimutasi ke kota lain. Karena anak-anak sekolah dan terutama yang kedua baru mendafatr/masuk SD, kami tidak menyertai pindah ke kota tersebut. Jadilah kehamilan terakhir ini jauh dari suami, meski beliau pulang rata-rata dua minggu sekali. Satu keinginanku, semoga ayahnya ada di sampingku ketika melahirkan nanti, karena dua anak kami sebelumnya kulharikan tanpa didampingi suami karena saat itu aku melahirkan di kota yang berbeda dan memang tidak sempat ayahnya datang......:(
Selama hamil, tugas antar jemput anak-anak tetap kulakukan dengan sepeda motor. Tantangan beratnya adalah di saat hamil bulan-bulan terakhir, jembatan dekat komplek kami diperbaiki (dibuat jembatan baru yang permanen). Sementara jembatan darurat adalah jembatan kecil terbuat dari kayu galam dan bilah-bilah papan yang hanya bisa dilalui sepeda motor (mobil no way lah) dan terpaksa sering melalui jembatan darurat itu karena merupakan jalan keluar terdekat. BTW, dari komplekku untuk keluar ke jalan raya utama harus melalui tiga jembatan, dan kami sudah merasakan jalan-jalan darurat pada saat ketiga jembatan tersebut diperbaiki. Tantangan semakin berat, karena setiap pagi banyak sepeda motor yang perlu menyeberang lewat jembatan kayu darurat tersebut (lebarnya sekitar 1,5 meter). Belum lagi kondisi jembatan bila diguyur hujan, 'merah' karena terlumuri tanah galian di sekitarnya, licin dan mengkhawatirkan. Oleh sebagian warga jembatan itu dinamai jembatan sabar, karena harus sabar mengantri bergantian naik dari arah yang berlawanan. Proyek itu berjalan berbulan-bulan, sekitar 3 - 4 bulan, bahkan belum selesai ketika aku melahirkan.
Untuk persiapan menjelang melahirkan, kami mencari tukang ojek antar jemput sekolah anak-anakku. Maksudku, jasa tersebut baru digunakan sekitar seminggu atau 2 minggu sebelum hari H-nya. Hingga suatu hari, Senin tanggal 10 Nopember 2008, sepulang mengantar anak-anak ke sekolah, ada rembesan air dari bagian bawah tubuhku, dan tidak bisa kutahan seperti halnya menahan air seni. Sorenya ditemani kerabat, aku periksa di dokter kandungan dan selama menunggu giliran aku tidak bisa duduk karena air terus merembes. Setelah diperiksa dokter, benar bahwa ketuban sudah pecah jadi harus dirawat inap malam itu juga. Waduh, sungguh aku tidak ingin melahirkan hari itu juga dengan banyak alasan. Usia kandungan baru 34 minggu (kurang 6 minggu dari normalnya 40 minggu), bapaknya anak-anak baru sehari sebelumnya kembali ke kota tempat bekerja terpaksa kutelepon lagi dengan kondisi darurat begini, aku belum secuil pun mempersiapkan barang-barang persalinan yang perlu dibawa ke RS (ah, terlalu...), terpaksa menyegerakan menggunakan jasa tukang ojek untuk antar jemput anak, dan yang paling kukhawatirkan sekiranya yang ketiga ini juga tidak didampingi bapaknya......
Jarak kotaku dengan kota suami bekerja, ditempuh jalan darat selama 4 - 5 jam. Doaku semoga anak ini jangan keluar dulu sebelum ayahnya datang. Alhamdulillah, besok paginya, Selasa 11 Nopember 2008, ayahnya datang, dan siang harinya (di tengah guyuran hujan di luar gedung RS), si kecil lahir di dampingi ayahnya. Pengalaman melahirkan yang paling 'menyakitkan' secara fisik, bagaimana tidak karena air ketuban sudah kering maka jalan keluar agak seret dan sakit, 'hebat'nya lagi hampir tanpa darah karena semalam aku sudah banyak mengelurkan darah ketika ketuban pecah. Si kecil telah lahir disertai tangisnya yang kencang.... Kulitnya putih, dan matanya seperti melirik ke kanan ke kiri mengenali dunia baru ...lucunya. Sudah ditakdirkan Allah dia harus lahir ke dunia tanggal tersebut, meskipun ibunya menghendaki dan perkiraan dokter mengatakan lahirnya sekitar bulan Desember, maksudnya biar dekat-dekat hari raya haji waktu itu.
Inilah si bungsu, yang di ulangtahunnya ketiga, 11-11-(20)11 banyak orang yang ingin membuat sejarah di tanggal yang unik. Semoga Allah memberi kelapangan dan kesabaran yang luas dalam menjalankan amanah mendidikmu, nak.
Tanggal 11-11-2011 kemarin juga adalah pembukaan acara SEA GAMES ke-26 di Palembang. Konon kabarnya meriah, wah...nggak nonton berhubung TV dikuasai anak-anak, terus lanjut belajar (tepatnya membantu anak ngerjakan PR) bersama. Hanya turut berdoa semoga Indonesia yang besar secara angka (jumlah penduduk, luas wilayah, keberagaman dan kekayaan) bisa menghasilkan yang terbaik, with fair play. Tanggal 11-11-2011 juga batas akhir vote komodo for seven wonders yang menghebohkan itu (heboh karena diragukan keabsahannya) dan sekarang tinggal menunggu hasil/pengumumannya. Sebenarnya ada tidaknya vote via sms, sudah sewajarnya kita merawat kelestarian alam dan budaya bangsa kita sendiri, bukan untuk dipandang hebat oleh mata dunia, tetapi lebih sebagai warisan berharga untuk anak cucu kelak.
Sehari sebelumnya adalah Hari Pahlawan tanggal 10 Nopember. Dari berbagai social media, banyak rekan-rekan yang mengangkat orangtuanya, terutama ibu, sebagai pahlawannya karena jasa seorang ibu yang telah membentuk pribadi anak-anaknya sehingga mereka menjadi seperti sekarang.
Nah, bagiku, tanggal 11-11-2011 kebetulan bertepatan dengan ulangtahun anak bungsuku. Tiga tahun yang lalu Allah menitipkannya pada kami untuk dididik dan ddibimbing sebagai insan di bumi. Beberapa tahun ke depan, adakah terlintas dalam pikirannya bahwa aku layak sebagai pahlawan yang berhasil memberi didikan terbaik padanya ? Itulah, amanah yang harus kujalani setahap demi setahap, dan tak pantas meletakkan pamrih atas semuanya. Pamrih untuk segala ibadah kita hanya untuk Dia, Sang Maha Segala.
Sejak awal, ketika hendak menikah, keinginanku adalah segeramemiliki anak. Tapi takut mengecewakan, suamiku saat itu mengatakan bagaimana seandainya kita tidak bisa memiliki anak ? Kita angkat saja seorang anak (adopsi), begitu jawabku. Alhamdulillah, hanya sebulan setelah menikah, aku positip hamil dan lahirlah anak pertama. Kemudian, aku punya 'kesukaan' dengan hitungan ganjil tiga, yah seperti hitungan (sunnah) wudhu adalah 3 kali setiap gerakan membasuh anggota tubuh, kuberharap juga punya anak tiga orang. Anak kedua, waktu itu tidak berjarak jauh dengan kakaknya, kurang lebih 2,5 tahun. Setelah anak kedua menjelang usia 2 tahun, aku ingin sekali punya anak ketiga. Entahlah, seperti mengejar target tertentu mengganjilkan jumlah anak, kadang-kadang aku sendiri tidak mengerti. Tapi apa daya belum jua memberikan hasil, hingga sampai batas pasrah dan 'kembali' mengulang ucapan dalam hati, bagaimana bila mengadopsi anak saja.
Seringkali terjadi, kemudahan itu terjadi pada saat di puncak masalah dalam hal ini keinginanku untuk punya anak ketiga. Seringkali, di puncak kesulitan dan kita sandarkan kepasrahan, baru terbitlah kemudahan. Begitu pula diriku, di puncak kepasrahan, akhirnya aku hamil juga dan jarak dengan anak kedua adalah 6 tahun. Masing-masing kehamilan mempunyai ceirta tersendiri. Di kehamilan ketiga, usia kandungan baru 2 - 3 bulan, suamiku dimutasi ke kota lain. Karena anak-anak sekolah dan terutama yang kedua baru mendafatr/masuk SD, kami tidak menyertai pindah ke kota tersebut. Jadilah kehamilan terakhir ini jauh dari suami, meski beliau pulang rata-rata dua minggu sekali. Satu keinginanku, semoga ayahnya ada di sampingku ketika melahirkan nanti, karena dua anak kami sebelumnya kulharikan tanpa didampingi suami karena saat itu aku melahirkan di kota yang berbeda dan memang tidak sempat ayahnya datang......:(
Selama hamil, tugas antar jemput anak-anak tetap kulakukan dengan sepeda motor. Tantangan beratnya adalah di saat hamil bulan-bulan terakhir, jembatan dekat komplek kami diperbaiki (dibuat jembatan baru yang permanen). Sementara jembatan darurat adalah jembatan kecil terbuat dari kayu galam dan bilah-bilah papan yang hanya bisa dilalui sepeda motor (mobil no way lah) dan terpaksa sering melalui jembatan darurat itu karena merupakan jalan keluar terdekat. BTW, dari komplekku untuk keluar ke jalan raya utama harus melalui tiga jembatan, dan kami sudah merasakan jalan-jalan darurat pada saat ketiga jembatan tersebut diperbaiki. Tantangan semakin berat, karena setiap pagi banyak sepeda motor yang perlu menyeberang lewat jembatan kayu darurat tersebut (lebarnya sekitar 1,5 meter). Belum lagi kondisi jembatan bila diguyur hujan, 'merah' karena terlumuri tanah galian di sekitarnya, licin dan mengkhawatirkan. Oleh sebagian warga jembatan itu dinamai jembatan sabar, karena harus sabar mengantri bergantian naik dari arah yang berlawanan. Proyek itu berjalan berbulan-bulan, sekitar 3 - 4 bulan, bahkan belum selesai ketika aku melahirkan.
Untuk persiapan menjelang melahirkan, kami mencari tukang ojek antar jemput sekolah anak-anakku. Maksudku, jasa tersebut baru digunakan sekitar seminggu atau 2 minggu sebelum hari H-nya. Hingga suatu hari, Senin tanggal 10 Nopember 2008, sepulang mengantar anak-anak ke sekolah, ada rembesan air dari bagian bawah tubuhku, dan tidak bisa kutahan seperti halnya menahan air seni. Sorenya ditemani kerabat, aku periksa di dokter kandungan dan selama menunggu giliran aku tidak bisa duduk karena air terus merembes. Setelah diperiksa dokter, benar bahwa ketuban sudah pecah jadi harus dirawat inap malam itu juga. Waduh, sungguh aku tidak ingin melahirkan hari itu juga dengan banyak alasan. Usia kandungan baru 34 minggu (kurang 6 minggu dari normalnya 40 minggu), bapaknya anak-anak baru sehari sebelumnya kembali ke kota tempat bekerja terpaksa kutelepon lagi dengan kondisi darurat begini, aku belum secuil pun mempersiapkan barang-barang persalinan yang perlu dibawa ke RS (ah, terlalu...), terpaksa menyegerakan menggunakan jasa tukang ojek untuk antar jemput anak, dan yang paling kukhawatirkan sekiranya yang ketiga ini juga tidak didampingi bapaknya......
Jarak kotaku dengan kota suami bekerja, ditempuh jalan darat selama 4 - 5 jam. Doaku semoga anak ini jangan keluar dulu sebelum ayahnya datang. Alhamdulillah, besok paginya, Selasa 11 Nopember 2008, ayahnya datang, dan siang harinya (di tengah guyuran hujan di luar gedung RS), si kecil lahir di dampingi ayahnya. Pengalaman melahirkan yang paling 'menyakitkan' secara fisik, bagaimana tidak karena air ketuban sudah kering maka jalan keluar agak seret dan sakit, 'hebat'nya lagi hampir tanpa darah karena semalam aku sudah banyak mengelurkan darah ketika ketuban pecah. Si kecil telah lahir disertai tangisnya yang kencang.... Kulitnya putih, dan matanya seperti melirik ke kanan ke kiri mengenali dunia baru ...lucunya. Sudah ditakdirkan Allah dia harus lahir ke dunia tanggal tersebut, meskipun ibunya menghendaki dan perkiraan dokter mengatakan lahirnya sekitar bulan Desember, maksudnya biar dekat-dekat hari raya haji waktu itu.
Inilah si bungsu, yang di ulangtahunnya ketiga, 11-11-(20)11 banyak orang yang ingin membuat sejarah di tanggal yang unik. Semoga Allah memberi kelapangan dan kesabaran yang luas dalam menjalankan amanah mendidikmu, nak.
Monday, November 7, 2011
Kesabaran di Idul Adha
Idul Adha tahun ini penuh kesan, meskipun belum bisa berkurban dan ikut larut sebagai jamaah haji di tanah suci, tetapi kami menjalani serangkaian kejadian yang luar biasa. Berharap diberi kelapangan dada dan kesabaran, keikhlasan sehingga mendapat ganti yang lebih baik.
Diawali beberapa hari sebelum Idul Adha, anakku kehilangan hp. Seingat dia tertinggal di sekolah tepatnya di laci meja. Masalahnya dia baru ingat 'hilang' pada saat maghrib. Sudah ditelepon ke nomor tersebut, nyambung sih, tapi tidak ada yang menjawab. Ya sudah, pasarah dan ikhlas saja akhirnya. Dipesanin ke dia, besok setelah sampai ke kelas, segera dicari di laci, kalau ketemu sms ke mama. Iya, sahutnya mengerti. Pada paginya, karena tidak ada sms masuk kutelepon lagi nomor anakku, tetap terdengar nada sambung tapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya sekitar pukul setengah sepuluh pagi, baru teleponku disahutnya, oleh anakku, Alhamdulillah. Jadi, menurutnya dia tidak menemukan hp-nya di dalam kelas, kemudian ada Bapak Satpam sekolah yang mengantar hp itu ke kelas (untungnya di wall paper ada nama dan kelas anakku). Tidak jelas, dimana hp itu ditemukan karena anakku tidak bertanya lebih lanjut.
Sabtu subuh, sehari sebelum Idul Adha, bapaknya anak-anak datang dari luar kota, agak kesiangan memang karena biasanya nyampe sekitar 2 - 3 jam sebelumnya. Dengan baju basah kuyup, karena memang sedang hujan. Ternyata oh ternyata, mobil suamiku diseruduk truk dari belakang, katanya sih rem truk itu blong. Akibatnya, body belakang penyok-penyok dan kaca jendela belakang mobil hancur tak bersisa. Beruntung tidak ada penumpang di bagian belakang. Bersykurnya, suamiku tidak apa-apa hanya agak kaget, sempat blank sebentar katanya karena terkejut, dan sakit kepala karena kena hujan. Untungnya orang yang mengendarai truk mau bertanggungjawab. Yang tidak bisa dilakukan kemudian adalah, hari raya kurban tahun ini kami tidak bisa kemana-mana, karena mobilnya harus opname di bengkel selama seminggu.
Tengah malam di hari yang sama, dapat sms dari adik yang mengabarkan bahwa orangtua (bapakku) masuk rumah sakit, harus opname karena dideteksi ada air dalam paru-paru. Sebelumnya beliau ke UGD tengah malam itu dengan keluhan dada sesak. Subuh itu, setelah aku dan anak-anak sahur untuk puasa Arafah, dan setelah datangnya suami, kutelepon ke bapakku di rumah sakit (kota kami berbeda). Pada saat kutelepon, Bapak sedang sendiri di ruang inap RS. Adik lelakiku yang menjaga semalam, pulang sebentar ke rumah, sementara Ibu ada di rumah karena menemani seorang cucu, keponakanku, yang sakit panas dan akan dibawa ke dokter pagi itu. Ya Allah, berikan mereka kesabaran menjalan ujianMu.
Pagi menjelang siang, suamiku ke bengkel tempat janji bertemu dengan si penabrak. Dengan kondisi yang kurang fit, kata suamiku dia ngikut saja ketika mobil di depan mobil suamiku melaju/jalan. Tidak tahunya, tersadar, suamiku melanggar lampu lintaslintas merah. Prriiittt...., kena deh tilang Bapak Polisi STNK ditahan dan harus menyelesaikan sidang beberapa hari kemudian
Sudah beberapa hari anak sulungku mengeluh sakit gigi, giginya sakit karena ada yang tumbuh tetapi yang lama belum copot juga meskipun sudah diusahakan mencabut sendiri dengan cara ditarik-tarik. Kubilang menunggu bapaknya saja baru ke dokter gigi. Nah, Sabtu siang itu sudah dibicarakan ke suamiku keluhan gigi anakku jadi rencananya mau ke dokter gigi, tapi sebelumnya cari informasi ke RS atau dokter praktek dan mau daftar via telepon dahulu. Yang ditelepon pertama adalah RS terdekat yang ada praktek dokter sore harinya. Karena kami cukup lama tidak ke dokter, jadi lupa jadwal atau jam praktek para dokternya, ternyata sang dokter gigi di RS tersebut hanya praktek Senin sampai Jumat, artinya Sabtu ini libur. Bergerak lebih jauh sedikit, ada klinik tempat para dokter praktek, kutelepon lagi ke sana. Jawabannya, seteleh lama nada sambungnya akhirnya ada yang menjawab, hari Sabtu ini bahkan sampai Senin praktek dokter libur karena hari raya kurban ....:( Terus bergerak lebih jauh, ke RS B yang juga terkenal banyak dokter prakteknya. Ternyata...oh...ternyata, daftar dokter hari Sabtu ini sudah full alias tidak bisa mendaftar lagi kecuali untuk hari selanjutnya. Yaaahhhh...susahnya nyari dokter gigi hari Sabtu ini. Sabar ya anakku...
Ujian atas diriku dan keluargaku, memang tidak sebanding dengan ujian para Nabi dan Rasul pilihan. Nabi Ibrahim diuji bertahun-tahun baru punya keturunan, kemudian diuji meninggalkan anak istrinya (Hajar dan Ismail) di tengah padang pasir. Lagi, diuji diperintahkan menyembelih anak kesayanganya (Ismail). Bapak dan anak sungguh luar biasa ketakwaan mereka kepada Sang Maha Pencipta. Pantas saja pernah disampaikan, bahwa jika ingin mempunyai anak saleh seperti Ismail maka bapaknya harus seperti Ibrahim dan ibunya harus mencontoh Hajar. Kesabaran dan keihklaskan berkurban untuk meningkatkan takwa.
Sambil menonton ustadz Quraish Shihab di metro tv, beliau katakan, berkurban itu untuk membaikan akhlak, menurunkan ego/selfish kita, tujuannya bukan sekedar untuk kebaikan orang lain tetapi kembali ke diri kita sendiri. Pengorbanan yang ikhlas, memuaskan hati. Dikisahkan seorang yang berada terbiasa dan mudah memberi orang lain yang berkepentingan dengannya, hingga berjuta-juta uang cash. Hingga suatu hari, dia melihat seorang pedagang atau apalah (maaf aku lupa ceritanya) berjalan di pinggir jalan dengan memanggul banyak barang dipunggungnya. Sang orang kaya tersebut tergerak hatinya, turun dari mobil dan secara tulus memberi seratus ribu rupiah kepada bapak/pedagang tersebut. Hanya seratus ribu, jauh dari kebiasaannya memberi berjuta-juta, tetapi perasaan puas yang ditimbulkannya jauh melebihi pemberian yang berjuta-juta. Itulah pemberian yang ikhlas, menyenangkan/memuaskan hati.
Diawali beberapa hari sebelum Idul Adha, anakku kehilangan hp. Seingat dia tertinggal di sekolah tepatnya di laci meja. Masalahnya dia baru ingat 'hilang' pada saat maghrib. Sudah ditelepon ke nomor tersebut, nyambung sih, tapi tidak ada yang menjawab. Ya sudah, pasarah dan ikhlas saja akhirnya. Dipesanin ke dia, besok setelah sampai ke kelas, segera dicari di laci, kalau ketemu sms ke mama. Iya, sahutnya mengerti. Pada paginya, karena tidak ada sms masuk kutelepon lagi nomor anakku, tetap terdengar nada sambung tapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya sekitar pukul setengah sepuluh pagi, baru teleponku disahutnya, oleh anakku, Alhamdulillah. Jadi, menurutnya dia tidak menemukan hp-nya di dalam kelas, kemudian ada Bapak Satpam sekolah yang mengantar hp itu ke kelas (untungnya di wall paper ada nama dan kelas anakku). Tidak jelas, dimana hp itu ditemukan karena anakku tidak bertanya lebih lanjut.
Sabtu subuh, sehari sebelum Idul Adha, bapaknya anak-anak datang dari luar kota, agak kesiangan memang karena biasanya nyampe sekitar 2 - 3 jam sebelumnya. Dengan baju basah kuyup, karena memang sedang hujan. Ternyata oh ternyata, mobil suamiku diseruduk truk dari belakang, katanya sih rem truk itu blong. Akibatnya, body belakang penyok-penyok dan kaca jendela belakang mobil hancur tak bersisa. Beruntung tidak ada penumpang di bagian belakang. Bersykurnya, suamiku tidak apa-apa hanya agak kaget, sempat blank sebentar katanya karena terkejut, dan sakit kepala karena kena hujan. Untungnya orang yang mengendarai truk mau bertanggungjawab. Yang tidak bisa dilakukan kemudian adalah, hari raya kurban tahun ini kami tidak bisa kemana-mana, karena mobilnya harus opname di bengkel selama seminggu.
Tengah malam di hari yang sama, dapat sms dari adik yang mengabarkan bahwa orangtua (bapakku) masuk rumah sakit, harus opname karena dideteksi ada air dalam paru-paru. Sebelumnya beliau ke UGD tengah malam itu dengan keluhan dada sesak. Subuh itu, setelah aku dan anak-anak sahur untuk puasa Arafah, dan setelah datangnya suami, kutelepon ke bapakku di rumah sakit (kota kami berbeda). Pada saat kutelepon, Bapak sedang sendiri di ruang inap RS. Adik lelakiku yang menjaga semalam, pulang sebentar ke rumah, sementara Ibu ada di rumah karena menemani seorang cucu, keponakanku, yang sakit panas dan akan dibawa ke dokter pagi itu. Ya Allah, berikan mereka kesabaran menjalan ujianMu.
Pagi menjelang siang, suamiku ke bengkel tempat janji bertemu dengan si penabrak. Dengan kondisi yang kurang fit, kata suamiku dia ngikut saja ketika mobil di depan mobil suamiku melaju/jalan. Tidak tahunya, tersadar, suamiku melanggar lampu lintaslintas merah. Prriiittt...., kena deh tilang Bapak Polisi STNK ditahan dan harus menyelesaikan sidang beberapa hari kemudian
Sudah beberapa hari anak sulungku mengeluh sakit gigi, giginya sakit karena ada yang tumbuh tetapi yang lama belum copot juga meskipun sudah diusahakan mencabut sendiri dengan cara ditarik-tarik. Kubilang menunggu bapaknya saja baru ke dokter gigi. Nah, Sabtu siang itu sudah dibicarakan ke suamiku keluhan gigi anakku jadi rencananya mau ke dokter gigi, tapi sebelumnya cari informasi ke RS atau dokter praktek dan mau daftar via telepon dahulu. Yang ditelepon pertama adalah RS terdekat yang ada praktek dokter sore harinya. Karena kami cukup lama tidak ke dokter, jadi lupa jadwal atau jam praktek para dokternya, ternyata sang dokter gigi di RS tersebut hanya praktek Senin sampai Jumat, artinya Sabtu ini libur. Bergerak lebih jauh sedikit, ada klinik tempat para dokter praktek, kutelepon lagi ke sana. Jawabannya, seteleh lama nada sambungnya akhirnya ada yang menjawab, hari Sabtu ini bahkan sampai Senin praktek dokter libur karena hari raya kurban ....:( Terus bergerak lebih jauh, ke RS B yang juga terkenal banyak dokter prakteknya. Ternyata...oh...ternyata, daftar dokter hari Sabtu ini sudah full alias tidak bisa mendaftar lagi kecuali untuk hari selanjutnya. Yaaahhhh...susahnya nyari dokter gigi hari Sabtu ini. Sabar ya anakku...
Ujian atas diriku dan keluargaku, memang tidak sebanding dengan ujian para Nabi dan Rasul pilihan. Nabi Ibrahim diuji bertahun-tahun baru punya keturunan, kemudian diuji meninggalkan anak istrinya (Hajar dan Ismail) di tengah padang pasir. Lagi, diuji diperintahkan menyembelih anak kesayanganya (Ismail). Bapak dan anak sungguh luar biasa ketakwaan mereka kepada Sang Maha Pencipta. Pantas saja pernah disampaikan, bahwa jika ingin mempunyai anak saleh seperti Ismail maka bapaknya harus seperti Ibrahim dan ibunya harus mencontoh Hajar. Kesabaran dan keihklaskan berkurban untuk meningkatkan takwa.
Sambil menonton ustadz Quraish Shihab di metro tv, beliau katakan, berkurban itu untuk membaikan akhlak, menurunkan ego/selfish kita, tujuannya bukan sekedar untuk kebaikan orang lain tetapi kembali ke diri kita sendiri. Pengorbanan yang ikhlas, memuaskan hati. Dikisahkan seorang yang berada terbiasa dan mudah memberi orang lain yang berkepentingan dengannya, hingga berjuta-juta uang cash. Hingga suatu hari, dia melihat seorang pedagang atau apalah (maaf aku lupa ceritanya) berjalan di pinggir jalan dengan memanggul banyak barang dipunggungnya. Sang orang kaya tersebut tergerak hatinya, turun dari mobil dan secara tulus memberi seratus ribu rupiah kepada bapak/pedagang tersebut. Hanya seratus ribu, jauh dari kebiasaannya memberi berjuta-juta, tetapi perasaan puas yang ditimbulkannya jauh melebihi pemberian yang berjuta-juta. Itulah pemberian yang ikhlas, menyenangkan/memuaskan hati.
Friday, November 4, 2011
Aku dan Teman FB
Awalnya aku buka akun facebook karena stress... (hmmm, setelah tahu ternyata orang stress itu tanda orangtidak beriman ya...astaghfirullah). Stress pada saat anakku harus dioperasi atas tumor jinak yang ada padanya. Operasi tergolong operasi besar karena dilakukan di bagian dalam kepala (aku akan cerita di lain posting). Dari dulu aku suka internetan dengan blog walking dari satu blog ke blog lain, atau mencari informasi/berita dari berbagai situs. tapi tidak tertarik untuk punya akun FB. Sehingga kesedihan mendalam atas peristiwa anakku, terlintas pikiran alangkah nikmatnya bisa berbagi cerita dengan teman-teman. Iseng-iseng sekitar Juli-Agustus tahun 2009, kubuka juga akun FB. Pertama yang diadd sebagai teman pastilah teman-teman lama. Ketemu satu teman kuliah yang membuat grup alumni seangkatan dahulu, dari dia pertambahan teman cukup cepat. Nyantolah di list pertemanan satu-persatu mulai teman TKsampai teman seangkatan kerja. Tapi tidak semua aktif menulis di FB, sementara aku senang membaca tulisan orang. Mulailah searching nama-nama pengarang buku-buku yang kumiliki, alhamdulillah akhirnya bisa berteman dengan para penulis buku.
Diri kita bisa dilihat dari siapa teman-teman kita. Sebagian besar teman-teman FBku adalah penulis, penyampai dakwah, penggiat bidang pendidikan, beberapa pakar motivasi dan teknologi. Dari mereka berandaku relatip ramai setiap hari. Sementara dari teman-teman lama, ibaratnya cuma terlihat di list pertemanan, jarang yang benar-benarmenulis hal bermanfaat, mungkin karena kesibukan kerja mereka. Nah, dari jumlah yang relatip tidak banyak pertemananku tersebut, lebih dari separuhnya adalah teman-teman baru yang kukenal di dunia maya. Terhadap teman lama saja kadang-kadang kita sudah sedikit 'asing' dengan bagaimana dia sekarang, apalagi dengan teman-teman yang relatip baru kenal di FB. Dalam rangka mengenal biasanya aku jalan-jalan ke akun ybs, membaca status-statusnya, membaca komentar-komentarnya, melihat foto-foto yang diuploadnya. Bukankah 'statusmu menunjukkan dirimu' ?
Kadang-kadang terkaget-kaget sendiri, ternyata ada beberapa di antara mereka agak temperamental. Di balik kebijakan status seseorang, ada saja celah menunjukkan sifat aslinya. Biasanya adalah menjelek-jelekkan orang lain, baik di status maupun komentar. Susah memang mengatur pemikiran lebih dalam sebelum menulis sesuatu di dinding FB. Maksudku, hampir jarang kita terpikir, siapa-siapa sih yang akan membaca status atau komentar ini, apalagi yang temannya banyak pasti tidak mikir sejauh itu, menyangka semua yang ada di list pertemanan adalah seirama dengan kita. Bijaklah saran seseorang seperti ini, sebelum menulis pikirkanlah apa manfaat yang saya tulis ini bagi yang membacanya. Wall FB bukan dinding ratapan dan caci maki. Bukan diriku lebih baik dari yang lain, hal ini lebih untuk teguran pada diriku sendiri. Baguskanlah ucapan/tulisan kita di arena perFBan, semoga tidak sampai menyakitkan pihak lain.
Lidah tak bertulang, lidah bisa lebih tajam daripada pedang. Ucapan/tulisan kuibaratkan petir dan geledek. Petir sudah menyambar sementara suara gunturnya belakangan. Kata-kata sudah terucapkan/tertuliskan sementara pemikiran masih di belakang. Jejaring sosial FB ternyata tidak hanya bisa menciptakan teman-teman baru tetapi juga musuh-musuh baru, bahkan yang dulunya teman di dunia nyata bisa menjadi musuh di alam maya.
Urusan memilih teman, aku juga melaksanakannya. Untuk kebaikan kita tidak ada salahnya 'kan memilih teman yang bisa menyeret kita kepada kebaikan pula. Kalau ada yang meng-add aku sebagai teman, kulihat dulu 'dindingnya', teman bersamanya (mutual friends), foto-foto di albumnya. Sebenarnya peranku lebih banyak sebagai silent reader, banyak membaca daripada posting status, sehingga aneh juga kalau ada yang mau-maunya meng-add diriku... :) Bagiku berlaku, kualitas lebih baik daripada kuantitas. Sering mikir, berapa banyak teman-temanku yang terlihat tapi tak terjangkau. Maksudnya cuma menggantung di list pertemanan, tapi tak pernah bersilaturahmi atau bertukar sepatah dua patah kata. Biarlah sifatnya dunia maya, tetapi persahabatan yang baik dan bermanfaat ini bisa saling mempengaruhi ke dunia nyata.
Diri kita bisa dilihat dari siapa teman-teman kita. Sebagian besar teman-teman FBku adalah penulis, penyampai dakwah, penggiat bidang pendidikan, beberapa pakar motivasi dan teknologi. Dari mereka berandaku relatip ramai setiap hari. Sementara dari teman-teman lama, ibaratnya cuma terlihat di list pertemanan, jarang yang benar-benarmenulis hal bermanfaat, mungkin karena kesibukan kerja mereka. Nah, dari jumlah yang relatip tidak banyak pertemananku tersebut, lebih dari separuhnya adalah teman-teman baru yang kukenal di dunia maya. Terhadap teman lama saja kadang-kadang kita sudah sedikit 'asing' dengan bagaimana dia sekarang, apalagi dengan teman-teman yang relatip baru kenal di FB. Dalam rangka mengenal biasanya aku jalan-jalan ke akun ybs, membaca status-statusnya, membaca komentar-komentarnya, melihat foto-foto yang diuploadnya. Bukankah 'statusmu menunjukkan dirimu' ?
Kadang-kadang terkaget-kaget sendiri, ternyata ada beberapa di antara mereka agak temperamental. Di balik kebijakan status seseorang, ada saja celah menunjukkan sifat aslinya. Biasanya adalah menjelek-jelekkan orang lain, baik di status maupun komentar. Susah memang mengatur pemikiran lebih dalam sebelum menulis sesuatu di dinding FB. Maksudku, hampir jarang kita terpikir, siapa-siapa sih yang akan membaca status atau komentar ini, apalagi yang temannya banyak pasti tidak mikir sejauh itu, menyangka semua yang ada di list pertemanan adalah seirama dengan kita. Bijaklah saran seseorang seperti ini, sebelum menulis pikirkanlah apa manfaat yang saya tulis ini bagi yang membacanya. Wall FB bukan dinding ratapan dan caci maki. Bukan diriku lebih baik dari yang lain, hal ini lebih untuk teguran pada diriku sendiri. Baguskanlah ucapan/tulisan kita di arena perFBan, semoga tidak sampai menyakitkan pihak lain.
Lidah tak bertulang, lidah bisa lebih tajam daripada pedang. Ucapan/tulisan kuibaratkan petir dan geledek. Petir sudah menyambar sementara suara gunturnya belakangan. Kata-kata sudah terucapkan/tertuliskan sementara pemikiran masih di belakang. Jejaring sosial FB ternyata tidak hanya bisa menciptakan teman-teman baru tetapi juga musuh-musuh baru, bahkan yang dulunya teman di dunia nyata bisa menjadi musuh di alam maya.
Urusan memilih teman, aku juga melaksanakannya. Untuk kebaikan kita tidak ada salahnya 'kan memilih teman yang bisa menyeret kita kepada kebaikan pula. Kalau ada yang meng-add aku sebagai teman, kulihat dulu 'dindingnya', teman bersamanya (mutual friends), foto-foto di albumnya. Sebenarnya peranku lebih banyak sebagai silent reader, banyak membaca daripada posting status, sehingga aneh juga kalau ada yang mau-maunya meng-add diriku... :) Bagiku berlaku, kualitas lebih baik daripada kuantitas. Sering mikir, berapa banyak teman-temanku yang terlihat tapi tak terjangkau. Maksudnya cuma menggantung di list pertemanan, tapi tak pernah bersilaturahmi atau bertukar sepatah dua patah kata. Biarlah sifatnya dunia maya, tetapi persahabatan yang baik dan bermanfaat ini bisa saling mempengaruhi ke dunia nyata.
Tuesday, November 1, 2011
Cerita Roti
Apa bedanya roti panggang dan roti goreng, roti dan donat, donat goreng dan donat panggang (baked donut) ? Haha...bagiku adonan sama saja, cuma cara memasak dan variasi isinya beda-beda. Iya nih, punya resep roti andalan yang bisa dipakai untuk donat juga, biar ketemu resep-resep baru, eh.. tetep balik ke resep dasar yang satu ini. Resep ini dari Bu Fatmah Bahalwan dari NCC.
Kalau lagi tidak bikin roti, aku beli roti 'kampung' yang dijual oleh tukang sayur keliling. Hemmm, rasanya lumayan apalagi makanya dicelup ke tanah panas. Mantap... Nah, kalo lagi weekend, ada rejeki dan lagi jalan bersama keluarga, baru deh beli roti di toko bakery, dengan harga sepantas kualitasnya.
Yang aku bingung kenapa roti-roti yang dijual itu rata-rata berwarna putih bagian dalamnya, sementara roti buatanku pasti agak kekuningan karena pengaruh warna mentega/margarain dan kuning telur. Apa jenis mentega/butternya beda ya..?
Bikin roti itu kesenangan tersendiri. Awal-awal belajar, aku nguleni pakai tangan, capenya ruarr biasa dan makan waktu lebih dari setengah jam. Belakangan ini memberdayakan mixer yang spiral, toh adonannya relatip sedikit, paling banyak seperempat kg terigu, jadi mixernya masih kuanggap mampu nguleni. Rata-rata sampai adonan menjadi kalis perlu waktu 15 - 20 menit. Nah yang lama itu waktu pengembangannya, hampir dua jam biasanya. Yang penting bagiku, cukup puaslah bisa bikin roti sendiri buat konsumsi anak-anak. Salah satu kebahagiaan seorang emak adalah ketika anak-anaknya berkomentar ...'enaakkk..Ma' :) ...Alhamdulillah
Kalau lagi tidak bikin roti, aku beli roti 'kampung' yang dijual oleh tukang sayur keliling. Hemmm, rasanya lumayan apalagi makanya dicelup ke tanah panas. Mantap... Nah, kalo lagi weekend, ada rejeki dan lagi jalan bersama keluarga, baru deh beli roti di toko bakery, dengan harga sepantas kualitasnya.
Yang aku bingung kenapa roti-roti yang dijual itu rata-rata berwarna putih bagian dalamnya, sementara roti buatanku pasti agak kekuningan karena pengaruh warna mentega/margarain dan kuning telur. Apa jenis mentega/butternya beda ya..?
roti yang dibeli dari paman sayur |
roti buatanku |
Bikin roti itu kesenangan tersendiri. Awal-awal belajar, aku nguleni pakai tangan, capenya ruarr biasa dan makan waktu lebih dari setengah jam. Belakangan ini memberdayakan mixer yang spiral, toh adonannya relatip sedikit, paling banyak seperempat kg terigu, jadi mixernya masih kuanggap mampu nguleni. Rata-rata sampai adonan menjadi kalis perlu waktu 15 - 20 menit. Nah yang lama itu waktu pengembangannya, hampir dua jam biasanya. Yang penting bagiku, cukup puaslah bisa bikin roti sendiri buat konsumsi anak-anak. Salah satu kebahagiaan seorang emak adalah ketika anak-anaknya berkomentar ...'enaakkk..Ma' :) ...Alhamdulillah
Subscribe to:
Posts (Atom)