Saturday, November 12, 2011

11-11-2011

Seharusnya ditulis kemarin, bertepatan dengan tanggal 'fenomenal' 11 Nopember 2011 atau yang lebih keren disingkat 11-11-11. Ada apa di tanggal tersebut ? Karena susunannya cantik jadi banyak yang mengangkatnya sebagai 'hari istimewa' dan sebagai tema pembicaraan sepanjang hari. Bayangkan, yang menikah dan melahirkan 'paksa' ditepat-tepatkan dengan tanggal 11-11-2011. KUA dan penghulu sibuk berat sampai-sampai ada berita nikah massal segala ... :), dokter-dokter kandungan dan tenaga kesehatan repot ngurus kelahiran terutama yang pakai operasi cesar segala demi tepat waktu.

Tanggal 11-11-2011 kemarin juga adalah pembukaan acara SEA GAMES ke-26 di Palembang. Konon kabarnya meriah, wah...nggak nonton berhubung TV dikuasai anak-anak, terus lanjut belajar (tepatnya membantu anak ngerjakan PR) bersama. Hanya turut berdoa semoga Indonesia yang besar secara angka (jumlah penduduk, luas wilayah, keberagaman dan kekayaan) bisa menghasilkan yang terbaik, with fair play. Tanggal 11-11-2011 juga batas akhir vote komodo for seven wonders yang menghebohkan itu (heboh karena diragukan keabsahannya) dan sekarang tinggal menunggu hasil/pengumumannya. Sebenarnya ada tidaknya vote via sms, sudah sewajarnya kita merawat kelestarian alam dan budaya bangsa kita sendiri, bukan untuk dipandang hebat oleh mata dunia, tetapi lebih sebagai warisan berharga untuk anak cucu kelak.

Sehari sebelumnya adalah Hari Pahlawan tanggal 10 Nopember. Dari berbagai social media, banyak rekan-rekan yang mengangkat orangtuanya, terutama ibu, sebagai pahlawannya karena jasa seorang ibu yang telah membentuk pribadi anak-anaknya sehingga mereka menjadi seperti sekarang.

Nah, bagiku, tanggal 11-11-2011 kebetulan bertepatan dengan ulangtahun anak bungsuku. Tiga tahun yang lalu Allah menitipkannya pada kami untuk dididik dan ddibimbing sebagai insan di bumi. Beberapa tahun ke depan, adakah terlintas dalam pikirannya bahwa aku layak sebagai pahlawan yang berhasil memberi didikan terbaik padanya ? Itulah, amanah yang harus kujalani setahap demi setahap, dan tak pantas meletakkan pamrih atas semuanya. Pamrih untuk segala ibadah kita hanya untuk Dia, Sang Maha Segala.

Sejak awal, ketika hendak menikah, keinginanku adalah segeramemiliki anak. Tapi takut mengecewakan, suamiku saat itu mengatakan bagaimana seandainya kita tidak bisa memiliki anak ? Kita angkat saja seorang anak (adopsi), begitu jawabku. Alhamdulillah, hanya sebulan setelah menikah, aku positip hamil dan lahirlah anak pertama. Kemudian, aku punya 'kesukaan' dengan hitungan ganjil tiga, yah seperti hitungan (sunnah) wudhu adalah 3 kali setiap gerakan membasuh anggota tubuh, kuberharap juga punya anak tiga orang. Anak kedua, waktu itu tidak berjarak jauh dengan kakaknya, kurang lebih 2,5 tahun. Setelah anak kedua menjelang usia 2 tahun, aku ingin sekali punya anak ketiga. Entahlah, seperti mengejar   target tertentu mengganjilkan jumlah anak, kadang-kadang aku sendiri tidak mengerti. Tapi apa daya belum jua memberikan hasil, hingga sampai batas pasrah dan 'kembali' mengulang ucapan dalam hati, bagaimana bila mengadopsi anak saja.

Seringkali terjadi, kemudahan itu terjadi pada saat di puncak masalah dalam hal ini keinginanku untuk punya anak ketiga. Seringkali, di puncak kesulitan dan kita sandarkan kepasrahan, baru terbitlah kemudahan. Begitu pula diriku, di puncak kepasrahan, akhirnya aku hamil juga dan jarak dengan anak kedua adalah 6 tahun. Masing-masing kehamilan mempunyai ceirta tersendiri. Di kehamilan ketiga, usia kandungan baru 2 - 3 bulan, suamiku dimutasi ke kota lain. Karena anak-anak sekolah dan terutama yang kedua baru mendafatr/masuk SD, kami tidak menyertai pindah ke kota tersebut. Jadilah kehamilan terakhir ini jauh dari suami, meski beliau pulang rata-rata dua minggu sekali. Satu keinginanku, semoga ayahnya ada di sampingku ketika melahirkan nanti, karena dua anak kami sebelumnya kulharikan tanpa didampingi suami karena saat itu aku melahirkan di kota yang berbeda dan memang tidak sempat ayahnya datang......:(

Selama hamil, tugas antar jemput anak-anak tetap kulakukan dengan sepeda motor. Tantangan beratnya adalah di saat hamil bulan-bulan terakhir, jembatan dekat komplek kami diperbaiki (dibuat jembatan baru yang permanen). Sementara jembatan darurat adalah jembatan kecil terbuat dari kayu galam dan bilah-bilah papan yang hanya bisa dilalui sepeda motor (mobil no way lah) dan terpaksa sering melalui jembatan darurat itu karena merupakan jalan keluar terdekat. BTW, dari komplekku untuk keluar ke jalan raya utama harus melalui tiga jembatan, dan kami sudah merasakan jalan-jalan darurat pada saat ketiga jembatan tersebut diperbaiki. Tantangan semakin berat, karena setiap pagi banyak sepeda motor yang perlu menyeberang lewat jembatan kayu darurat tersebut (lebarnya sekitar 1,5 meter). Belum lagi  kondisi jembatan bila diguyur hujan, 'merah' karena terlumuri tanah galian di sekitarnya, licin dan mengkhawatirkan. Oleh sebagian warga jembatan itu dinamai jembatan sabar, karena  harus sabar mengantri bergantian naik dari arah yang berlawanan. Proyek itu berjalan berbulan-bulan, sekitar 3 - 4 bulan, bahkan belum selesai ketika aku melahirkan.

Untuk persiapan menjelang melahirkan, kami mencari tukang ojek antar jemput sekolah anak-anakku. Maksudku, jasa tersebut baru digunakan sekitar seminggu atau 2 minggu sebelum hari H-nya. Hingga suatu hari, Senin tanggal 10 Nopember 2008, sepulang mengantar anak-anak ke sekolah, ada rembesan air dari bagian bawah tubuhku, dan tidak bisa kutahan seperti halnya menahan air seni. Sorenya ditemani kerabat, aku periksa di dokter kandungan dan selama menunggu giliran aku tidak bisa duduk karena air terus merembes. Setelah diperiksa dokter, benar bahwa ketuban sudah pecah jadi harus dirawat inap malam itu juga. Waduh, sungguh aku tidak ingin melahirkan hari itu juga dengan banyak alasan. Usia kandungan baru 34 minggu (kurang 6 minggu dari normalnya 40 minggu), bapaknya anak-anak baru sehari sebelumnya kembali ke kota tempat  bekerja terpaksa kutelepon lagi dengan kondisi darurat begini, aku belum secuil pun mempersiapkan barang-barang persalinan yang perlu dibawa ke RS (ah, terlalu...), terpaksa menyegerakan menggunakan jasa tukang ojek untuk antar jemput anak, dan yang paling kukhawatirkan sekiranya yang ketiga ini juga  tidak didampingi bapaknya......

Jarak kotaku dengan kota suami bekerja, ditempuh jalan darat selama 4 - 5 jam. Doaku semoga anak ini jangan keluar dulu sebelum ayahnya datang. Alhamdulillah, besok paginya, Selasa 11 Nopember 2008, ayahnya datang, dan siang harinya (di tengah guyuran hujan di luar gedung RS), si kecil lahir di dampingi ayahnya. Pengalaman melahirkan yang paling 'menyakitkan'  secara fisik, bagaimana tidak karena air ketuban sudah kering maka jalan keluar agak seret dan sakit, 'hebat'nya lagi hampir tanpa darah karena semalam aku sudah banyak mengelurkan darah ketika ketuban pecah. Si kecil telah lahir disertai tangisnya yang kencang.... Kulitnya putih, dan matanya seperti melirik ke kanan ke kiri mengenali dunia baru ...lucunya. Sudah ditakdirkan Allah dia harus lahir ke dunia tanggal tersebut, meskipun ibunya menghendaki dan perkiraan dokter mengatakan lahirnya sekitar bulan Desember, maksudnya biar dekat-dekat hari raya haji waktu itu.



Inilah si bungsu, yang di ulangtahunnya ketiga, 11-11-(20)11 banyak orang yang ingin membuat sejarah di tanggal yang unik. Semoga Allah memberi kelapangan dan kesabaran yang luas dalam menjalankan amanah mendidikmu, nak.

No comments:

Post a Comment