Idul Adha tahun ini penuh kesan, meskipun belum bisa berkurban dan ikut larut sebagai jamaah haji di tanah suci, tetapi kami menjalani serangkaian kejadian yang luar biasa. Berharap diberi kelapangan dada dan kesabaran, keikhlasan sehingga mendapat ganti yang lebih baik.
Diawali beberapa hari sebelum Idul Adha, anakku kehilangan hp. Seingat dia tertinggal di sekolah tepatnya di laci meja. Masalahnya dia baru ingat 'hilang' pada saat maghrib. Sudah ditelepon ke nomor tersebut, nyambung sih, tapi tidak ada yang menjawab. Ya sudah, pasarah dan ikhlas saja akhirnya. Dipesanin ke dia, besok setelah sampai ke kelas, segera dicari di laci, kalau ketemu sms ke mama. Iya, sahutnya mengerti. Pada paginya, karena tidak ada sms masuk kutelepon lagi nomor anakku, tetap terdengar nada sambung tapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya sekitar pukul setengah sepuluh pagi, baru teleponku disahutnya, oleh anakku, Alhamdulillah. Jadi, menurutnya dia tidak menemukan hp-nya di dalam kelas, kemudian ada Bapak Satpam sekolah yang mengantar hp itu ke kelas (untungnya di wall paper ada nama dan kelas anakku). Tidak jelas, dimana hp itu ditemukan karena anakku tidak bertanya lebih lanjut.
Sabtu subuh, sehari sebelum Idul Adha, bapaknya anak-anak datang dari luar kota, agak kesiangan memang karena biasanya nyampe sekitar 2 - 3 jam sebelumnya. Dengan baju basah kuyup, karena memang sedang hujan. Ternyata oh ternyata, mobil suamiku diseruduk truk dari belakang, katanya sih rem truk itu blong. Akibatnya, body belakang penyok-penyok dan kaca jendela belakang mobil hancur tak bersisa. Beruntung tidak ada penumpang di bagian belakang. Bersykurnya, suamiku tidak apa-apa hanya agak kaget, sempat blank sebentar katanya karena terkejut, dan sakit kepala karena kena hujan. Untungnya orang yang mengendarai truk mau bertanggungjawab. Yang tidak bisa dilakukan kemudian adalah, hari raya kurban tahun ini kami tidak bisa kemana-mana, karena mobilnya harus opname di bengkel selama seminggu.
Tengah malam di hari yang sama, dapat sms dari adik yang mengabarkan bahwa orangtua (bapakku) masuk rumah sakit, harus opname karena dideteksi ada air dalam paru-paru. Sebelumnya beliau ke UGD tengah malam itu dengan keluhan dada sesak. Subuh itu, setelah aku dan anak-anak sahur untuk puasa Arafah, dan setelah datangnya suami, kutelepon ke bapakku di rumah sakit (kota kami berbeda). Pada saat kutelepon, Bapak sedang sendiri di ruang inap RS. Adik lelakiku yang menjaga semalam, pulang sebentar ke rumah, sementara Ibu ada di rumah karena menemani seorang cucu, keponakanku, yang sakit panas dan akan dibawa ke dokter pagi itu. Ya Allah, berikan mereka kesabaran menjalan ujianMu.
Pagi menjelang siang, suamiku ke bengkel tempat janji bertemu dengan si penabrak. Dengan kondisi yang kurang fit, kata suamiku dia ngikut saja ketika mobil di depan mobil suamiku melaju/jalan. Tidak tahunya, tersadar, suamiku melanggar lampu lintaslintas merah. Prriiittt...., kena deh tilang Bapak Polisi STNK ditahan dan harus menyelesaikan sidang beberapa hari kemudian
Sudah beberapa hari anak sulungku mengeluh sakit gigi, giginya sakit karena ada yang tumbuh tetapi yang lama belum copot juga meskipun sudah diusahakan mencabut sendiri dengan cara ditarik-tarik. Kubilang menunggu bapaknya saja baru ke dokter gigi. Nah, Sabtu siang itu sudah dibicarakan ke suamiku keluhan gigi anakku jadi rencananya mau ke dokter gigi, tapi sebelumnya cari informasi ke RS atau dokter praktek dan mau daftar via telepon dahulu. Yang ditelepon pertama adalah RS terdekat yang ada praktek dokter sore harinya. Karena kami cukup lama tidak ke dokter, jadi lupa jadwal atau jam praktek para dokternya, ternyata sang dokter gigi di RS tersebut hanya praktek Senin sampai Jumat, artinya Sabtu ini libur. Bergerak lebih jauh sedikit, ada klinik tempat para dokter praktek, kutelepon lagi ke sana. Jawabannya, seteleh lama nada sambungnya akhirnya ada yang menjawab, hari Sabtu ini bahkan sampai Senin praktek dokter libur karena hari raya kurban ....:( Terus bergerak lebih jauh, ke RS B yang juga terkenal banyak dokter prakteknya. Ternyata...oh...ternyata, daftar dokter hari Sabtu ini sudah full alias tidak bisa mendaftar lagi kecuali untuk hari selanjutnya. Yaaahhhh...susahnya nyari dokter gigi hari Sabtu ini. Sabar ya anakku...
Ujian atas diriku dan keluargaku, memang tidak sebanding dengan ujian para Nabi dan Rasul pilihan. Nabi Ibrahim diuji bertahun-tahun baru punya keturunan, kemudian diuji meninggalkan anak istrinya (Hajar dan Ismail) di tengah padang pasir. Lagi, diuji diperintahkan menyembelih anak kesayanganya (Ismail). Bapak dan anak sungguh luar biasa ketakwaan mereka kepada Sang Maha Pencipta. Pantas saja pernah disampaikan, bahwa jika ingin mempunyai anak saleh seperti Ismail maka bapaknya harus seperti Ibrahim dan ibunya harus mencontoh Hajar. Kesabaran dan keihklaskan berkurban untuk meningkatkan takwa.
Sambil menonton ustadz Quraish Shihab di metro tv, beliau katakan, berkurban itu untuk membaikan akhlak, menurunkan ego/selfish kita, tujuannya bukan sekedar untuk kebaikan orang lain tetapi kembali ke diri kita sendiri. Pengorbanan yang ikhlas, memuaskan hati. Dikisahkan seorang yang berada terbiasa dan mudah memberi orang lain yang berkepentingan dengannya, hingga berjuta-juta uang cash. Hingga suatu hari, dia melihat seorang pedagang atau apalah (maaf aku lupa ceritanya) berjalan di pinggir jalan dengan memanggul banyak barang dipunggungnya. Sang orang kaya tersebut tergerak hatinya, turun dari mobil dan secara tulus memberi seratus ribu rupiah kepada bapak/pedagang tersebut. Hanya seratus ribu, jauh dari kebiasaannya memberi berjuta-juta, tetapi perasaan puas yang ditimbulkannya jauh melebihi pemberian yang berjuta-juta. Itulah pemberian yang ikhlas, menyenangkan/memuaskan hati.
No comments:
Post a Comment