Ramainya status bertaburan di facebook atau twit di twitter. Umumnya pada setuju bahwa apa yang tertulis sebagian besar adalah gambaran sang pemilik akun. Tapi ternyata ada juga beberapa sifat aslinya tersembunyi di balik kebijakan status-statusnya. Maksudnya setiap posting status, bernilai kebaikan, mengajak kebaikan, tetapi di dunia nyata dia tidak atau belum sebaik yang kita sangka. Tapi, hal itu menurutku lebih baik dalam artian dengan status positipnya itu sebenanrnya dia sedang berusaha meningkatkan kadar kebaikannya, daripada posting yang enggak-enggak dan mengganggu keamanan dan ketertiban.
Beberapa hari belakangan ini, banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama dari pertemanan di FB. Ada satu teman pria yang dikenal sering membuat status keagamaan, hal-hal kebaikan, dan kadang-kadang dipanggil ustadz. Tiba-tiba selama beberapa hari akunnya kena hack, dan yang ngehack seperti biasa adalah online shop yang berjualan barang elektronik. Setelah akun dapat diperoleh oleh beliau kembali, beginilah penjelasannya. Tapi saya salut, beliau sebelumnya minta maaf pada teman-teman FBnya, karena beliau ternyata menanggapi chatting seseorang bernama wanita sehingga jebollah alamat email dan password.
Seorang teman lain, wanita sebutlah S, juga sering mengupdate status tentang hal kebaikan dan agama. Turut kena hack seseorang. Yang menghebohkan adalah sang hacker membuat status yang melukiskan percakapan atau chatting di inbox atas nama S dengan seorang pria. Padahal diketahui bahwa si S ini sudah bersuami, intinya teman ngobrol di inbox itu semacam PIL lah. Status sejenis itu berulang kali dengan rincian yang cukup panjang, Lepas benar tidaknya kisah itu, namanya juga akun kena hack, memberi pelajaran berarti buat kita supaya lebih berhati-hati menjaga tingkah laku dan sikap.
Seorang teman lagi, menuliskan status tentang kekesalan terhadap seorang teman FBnya. Konon teman FBnya ini sering posting status keagamaan, tapi ujung-ujungnya sering menyakitkan hati dan menyudutkan golongan-golongan tertentu. Jadilah oleh temanku diblokir sekalian, saking kesalnya katanya...
Beberapa teman FB secara jelas menulis status sedang melakukan penghapusan beberapa nama teman FB. Baik-baik ya mereka, sementara aku diam-diam begini cukup sering menghapus beberapa teman FB tanpa perlu memberi laporan di statusku. Oh, maafkan aku sekiranya dinilai bertindak jahat. Sesungguhnya, menurutku, teman-teman yang aku delete di pertemanan FB bukan karena aku tidak suka, toh di dunia nyata mereka tetap kuanggap teman bahkan banyak yang memang orang baik-baik. Alasanku menghapus pertemanan di FB antara lain :
a. aku kesulitan memantau siapa-siapa saja teman FBku, meski tidak terlalu banyak rasanya tidak nyaman kalau aku sama sekali buta tentang siapa dia
b. pemilik akun tidak aktip, sehingga bagiku hanya memenuhi list pertemanan tanpa arti sama sekali
c. kurang sejalan dengan pemikirannya, jadi tidak nyaman untuk saling berbagi
d. upload foto-foto tidak sopan atau dia berteman dan menyukai (like) dengan orang-orang yang gemar foto tidak sopan
e. statusnya menggambarkan kesombongan sehingga mengganggap remeh dan bodoh orang lain, suka berbantah-bantahan atau adu komentar atas sesuatu, susah menerima masukan orang lain
Begitulah kurang lebihnya pertemanan di dunia maya. Eh, ada lagi yang 'lucu' nih. Kalau di twitter cukup umum orang minta difolback, nah di FB ada juga yang minta di like back setelah ngelike status orang lain. Hehe...ada-ada saja. Jumlah follower, jumah teman FB, jumlah yang menyukai status kita, toh tidak menggambarkan tinggi rendahnya derajat seseorang. Marilah berbijak-bijak berteman di dunia maya, carilah teman yang tega menyeret dan membentuk kita menjadi lebih baik lagi, yang artinya kita mampu memungut hal-hal positip dari jejaring sosial tersebut.
No comments:
Post a Comment