Saturday, December 17, 2011

Pengalaman dengan Angkot

Di satu grup FB yang aku ikuti ada lomba menulis pengalaman dengan angkot, berhubung berita belakangan ini sering terjadi kejahatan dalam angkot. Jadi, ceritanya aku mau tulis juga beberapa pengalamanku dengan angkot, first dalam blog sendiri dulu.

Jaman SMA, karena jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh, sekitar 3 km, aku harus naik angkot setiap berangkat ke sekolah. Angkot di Balikpapan, jaman dulu disebut taksi, kayaknya baru-baru ini saja disebut angkot untuk membedakan dengan taksi yang berargo. Nah, asyiknya naik angkot di Balikpapan adalah hampir seluruh angkot suka menyetel lagu sepanjang perjalanan. Jadi setiap angkot punya ciri khas lagu sesuai minat supirnya. Kebalikannya, karena seringnya naik angkot tertentu, lama-lama kalau dengar suatu lagu jadi keinget dah pengalaman naik angkot SMA dahulu...haha....

Jaman kuliah dan sering bolak-balik Bogor - Jakarta, mengharuskan sering naik angkutan umum berbagai jenis, antara lain kereta api, bis antar kota, bis PATAS, mikrolet, metromini, bajaj, hingga bemo... (eh...ngomong-ngomong masih ada nggak sih bemo sekarang..?). Pengalaman kurang menyenangkan saat itu naik bis PATAS, biasa lah angkutan umum di Jakarta jarang yang lengang pasti penuh sesak, jarang dapat dudukan, sering juga berdiri himpit-himpitan. Nah, saat berhimpitan itu rupanya ada aksi pencopet di tas ku. Ketahuannya setelah aku turun di terminal dan memerlukan uang untuk melanjutkan angkot berikutnya. Ternyata tasku sudah sobek, disilet. Ada hasilnya juga tuh pencopet, meski Alhamdulillah yang bisa ditariknya cuma dompet uang recehannku, sementara dompet yang berisi kartu-kartu dan uang lembaran tidak terangkut. Hanya jadinya aku kesulitan uang receh, jadi harus memecah uang lembaran yang nilainya lebih besar dahulu, kalau tidak salah kubelikan malajah saat itu untuk mendapat kembalian recehan.

Yang ini termasuk kejadian lucu. Waktu aku sibuk test masuk kerja di salah satu Bank yang kebetulan ada di Banjarmasin. Aku bukan dari Banjarmasin meskipun ada keturunan banjar dari orangtua, sehingga belum mengerti sepenuhnya bahasa banjar. Aku menginap di tempat sepupu dan untuk menuju kantor Bank tersebut, aku naik bajaj. Karena orang baru, sepanjang jalan aku terus memperhatikan dan coba menghapal jalan yang dilewati serta berkonsentrasi dengan perkiraan test yang akan dihadapi. Tiba-tiba supir bajajnya bertanya, "Uangnya bangsul kah?" Hah, pikirku emang ada nama Bank yaitu Bank Sul ? Spontan kujawab, "Bukan, tapi Bank B**" (tujuanku saat itu). Bajaj itu menepi, kemudian sambil memesan minyak/bensin buat mesinnya supirnya ngomong lagi, "Duitnya ba angsul kah?" Oooohhhh, ba angsul artinya (perlu) kembalian kah, karena uang receh beliau mau dipakai buat beli bensin. Hahaha...baru ngerti maksudnya, lucu ya, emang ada nama Bank yaitu Bang Sul, ada juga Bang Zul...haha..., sejak saat itu bahasa banjarku mengalami kemajuan kok..

Pengalaman lebih baru, karena bukan di kota sendiri jadi harus naik angkot selama berada di Surabaya. Saat itu aku dan anak-anakku dan adik iparku dengan seorang anaknya. Kami di Surabaya untuk pengobatan anakku sehingga hampir sebagian besar pikiranku hanya tentang seorang anakku itu, atau kurang perhatian dengan hal-hal lain. Setibanya di tempat tujuan, kami turun dan angkot pun berlalu. Beberapa saat kemudian baru adik iparku sadar bahwa dua buah hape yang diletakkan dalam tas sudah raib. Satu hape miliknya satu hape lainnya milik anaknya. Ternyata runut kejadian adalah, saat dalam angkot ada satu penumpang yang tiba-tiba merasa tidak enak badan dan sepertinya mau muntah, refleks adik iparku yang duduk di hadapan 'pemancing' itu memberi bantuan dengan mencarikan tisu dalam tas dan memberikannnya kepada orang 'sakit' itu. Begitulah. Saat ini, setelah nonton acara di Trans-7 yang menampilkan trik-trik pencopet di tempat umum, aku baru ngeh, bahwa itu salah satu strategi kawanan pencopet. Yah, kawanan, karena tidak mungkin dia bergerak sendiri.

Sebagai penutup, cerita lucu pengalaman dahulu kala di Bogor. Biasa kan, kenek kalo memancing atau manggil-manggil calon penumpang dengan meneriakkan nama daerah tujuannya, misal 'rambutan-rambutan.....senen-senen.....banteng-banteng......' pokoknya yang ditangkap telinga adalah ujung nama lokasi tujuannya. Nah, saat itu di Bogor sang kenek teriak-teriak 'kambing-kambing-kambing...' (maksudnya tujuan Bantar Kambing) ....eh, ada aja yang naik. Haha....ternyata dipanggil kambing pada naik tuh teman-temanku. Ini sekedar hiburan berdasarkan kisah nyata, btw masih adakah hal itu di Bogor sekarang ?

No comments:

Post a Comment