Tadi ada seorang teman menulis catatan tentang sampah, dalam rangka menjelang tahun baru biasanya di tempat-tempat perayaan banyak meninggalkan sampah. Aku jadi teringat yang kulihat seminggu yang lalu, ketika melalui jalan umum yang sering kami lewati. Benar, itu termasuk jalan besar dan jalan umum. Tapi di salah satu sisinya ada sebidang tanah teruka yang penuh dengan tumpukan sampah. Tidak tahu siapa pemicunya, tambha hari timbunan sampah tambah melebar. Dan bisa dipastikan bila ada yang menaruh tulisan 'Dilarang Membuang Sampah Di sini' pasti itu belakangan setelah sampah menumpuk di sana. Dan herannya, masih banyak jgua yang suka membuang sampah di sana, terutama sambil melemparnya dari sepeda motor saat melintasi jalan tersebut.
Saking melebarnya, hingga sedikit demi sedikit memakan badan jalan. Nah, aktivitas di tempat pembuangan sampah ini terjadi setiap malam, pada saat banyak pemulung kerja di sana. Sebenarnya, bagiku pemulung juga berjasa, karena mereka memunguti benda-benda yang sekiranya masih dapat digunakan atau didaur ulang dengan cara menjualnya kembali ke pengumpul. Masalah timbul, karena biasanya para pemulung ini untuk memilah-milah benda yang bisa dipulung, mereka 'harus' menyobek-nyobek plastik bungkusan sampah sehingga isinya terburai keluar. Diaduk-aduk, dilebar-lebarin biar dapat yang dicari, tetapi hasil membongkar-bongkar mereka melebar sampai ke sepertiga badan jalan. Belum lagi kalau mereka lagi nungging-nungging saat memulung dengan tanpa sadar bahwa mereka berdiri di jalan beraspla dimana kendaran ramai lalulalang.
Sebenarnya ini sudah lama terjadi dan berlangsung setiap hari di lokasi yang sama, yang membuat aku ingin cerita di sini adalah yang kulihat seminggu yang lalu itu. Saat itu kami pulang ke rumah dan melewati jalan tersebut. Seperti biasanya, antri melewatinya dengan kendaraaan dari arah berlawanan karena luapan sampah ke badan jalan. Saat menunggu giliran lewat itulah, kulihat seorang pemulung, seorang ibu dengan cekatan merobek-robek bungkusan sampah, menyisihkan yang tidak diperlukannya ke segala arah, dan mataku terpana dengan tangan beliau. Hebat euuyy, ternyata di pergelangan tangannya berjejer tumpukan rantai gelang yang kutaksir sekitar 5 cm-an. Hehe... banyak amat gelangnya ya, dilihat sekilas dari jenis dan warnanya kayaknya emas tuh, entahlah kalau bukan. Haha.., ngiri.... aku sendiri tak satupun gelang melingkar di tanganku. Andai saja bisa kufoto kejadian itu dan menzoom ke gelang-gelang heboh itu, ah.. jangan-jangan si ibu itu kabur duluan ya...
No comments:
Post a Comment