Monday, October 31, 2011

Panggil Aku........

Katanya berhaji itu panggilan Allah
bukan sekedar kemampuan dana dan fisik semata
kuberharap, semoga aku lulus audisiMu Ya Allah

disegerakan memenuhi panggilan ke rumahMu
seiring perjalanan waktu
aku punya segudang rindu untuk itu
Labbaik Allahumma Labbaik....

Ada hujung ibadah haji yang ingin kugapai
mungkin sulit dan tidak banyak yang memperolehnya
betapa luarbiasanya  seorang 'haji mabrur'
bukan titel H atau Hajjah yang nampak 'keren' di mata manusia
tapi hati nan indah di penilaianNya
menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat

Kadang berharap setiap kubangun dari sujud
terbentang indah Ka'bah di pandanganku
turut hanyut dalam arus jutaan umatMu
tersungkur dengan segala kelemahan manusia

Allah, Ya Rahman Ya Rahim
aku ada dalam genggamanMu
Kau Maha Mengerti apa yang kumau
Kau Maha Tahu segala kekuranganku
niatku, hatiku, inginku, tergores dalam angan-angan
yah, baru sebatas itu kemampuanku
hanya Engkau Yang Maha Kuasa menjadikannya nyata

(saat sedih melihat keberangkatan  orang berhaji, Dzulhijjah 1432 Hijriyah)

Thursday, October 27, 2011

Petir

Beberapa hari ini, setiap sore, hujan turun. Setelah sekian lama kemarau dan dampak kekeringan air, semestinya bersyukur dengan datangnya musim hujan. Namun tulisan ini terilhami kejadian, setiap mau turun hujan, awan tebal, gelap, banyak menggumpal-gumpal. Belum ada tetes hujan, tetapi selanjutnya adalah kilatan petir dan guntur bersahut-sahutan. Mengerikan mendengarnya. Yang kulakukan segera biasanya adalah mencabut stop kontak terutama TV dan komputer, dan sambungan telepon rumah. Semuanya beralasan, karena kami pernah mengalami kerusakan akibat petir ini. Korbannya adalah rusaknya pesawat telepon, modem komputer, hingga TV yang umurnya masih relatip baru. Tak berfungsinya telepon rumah tidak terlalu mengganggu aktivitas, toh masih bisa mengandalkan telepon seluler, tapi modem yang rusak... ..oohh...sebulan tidak bisa internetan (maklum customer speedy), sedangkan TV yang rusak.. hehe..keluarin lagi deh TV jadul yang tetap setia (14 inch).

Melihat petir yang menyambar seperti lampu blitz kamera itu,memang mengerikan. Bahkan yang mengakibatkan modem hangus beberapa waktu lalu, aku melihat sendiri kilatan besar menukik di komplek perumahan kami. Sepertinya si petir menyambar tiang listrik terdekat.

Anakku bertanya, apakah petir itu larinya ke tanah, Ma? Hmmm, kayaknya begitu ya... Baiklah, demi memenuhi keingintahuan kita cari di Guru Google saja lah. Mungkin ini bisa sedikit menjelaskan 
"Petir merupakan muatan listrik bisa positif maupun negatif yang sangat besar, dan tanah bisa menetralkan alirannya. Dimana bumi tidak akan bertambah atau berkurang muatan listriknya untuk kejadian ini"

Selain guntur dan petir, gejala hujan adalah angin kencang. Beberapa hari belakangan ini disuguhi berita pohon-pohon tumbang karena angin kencang. Pohon yang tumbang adalah pohon-pohon besar (mungkin sudah uzur ya), sehingga menghalangi jalan atau bisa menimpa kendaraan yang sedang diparkir di bawahnya. Meski tidak sebesar kejadian tersebut, beberapa hari yang lalu, ada juga pohon tumbang di halaman rumahku. Persisnya pohon tetangga tapi jatuh ke halaman rumah kami karena angin kencang. Hanya pohon pepaya, tapi sedang lebat-lebatnya berbuah dan masih muda-muda pula buahnya.

Apakah angin kencang dan petir merupakan salah satu azab Allah kepada manusia? Wallahualam.


Gambar dari Google Image
Doa ketika mendengar petir :

Allaahumma laa taqtulnaa bighadhabika wa laa tuhliknaa bi'adzaabika wa 'aafinaa qabla dzaalik

Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami karena murkaMu dan janganlah Engkau menghancurkan kami dengan azabMu, maafkanlah kami sebelum hal itu terjadi.

Otan-ku

Otan itu oven tangkring ... ^--^ ini jgua tahu karena 'pergaulan' di dunia maya. Kalau di tempatku sih biasanya disebut oven kompor, maksudnya oven yang diletakkan di atas kompor. Kenapa pilih otan, karena harganya lebih terjangkau. Maunya sih punya oven gas atau oven listrik sekalian, ini biar berada di list harapan dulu karena kendala dana belum mencukupi..hehe.

Otanku umurnya sekitar 7 tahunan, dulu beli karena kepingin bikin kue-kue demi memenuhi selera camilan anak-anak. Dulu belinya tidak pake referensi sama sekali, pokoknya asal jalan saja ke pasar, lihat-lihat dan suami meng-oke-kan, beres. Kalau sekarang sih sudah disimpan rapi tuh berbagai referansi jenis oven yang bagus plus kisaran harganya. Ya Allah mudahkan rezeki kami.

Rumah relatip kecil (RSS = Rumah Seadanya Segitu-gitunya luasnya...), jadi waktu itu setiap habis pakai si otan kutaruh di bawah meja kompor di dapur. Nah, ruang dapur cuma nyempil sedikit dan nyambung dengan ruang keluarga. Anak kecil-kecil, suka main tendangan-tendangan bola atau sejenisnya. Braakkk... kena deh itu pintu kaca oven sekali waktu mereka bermain. Wah, sudah sekitar lima tahun yang lalu kaca itu pecah, masih orisinil keretakannya..hihi. Tapi tetep dengan setia kupakai untuk latihan praktek resep-resep yang beredar di internet.

Semakin hari, dengan bertambahnya ilmu per-baking-an, ternyata ovenku ini kurang memuaskan. Aku sangat merindukan panas atas yang lebih dari yang selama ini. Iya, keseringan bagian bawah kue gosong duluan sementara bagian atasnya masih mentah. Kalau bikin cake sih cuma perlu satu rak, jadi di rak bawah ditaruh loyang isi air untuk mengatasinya. Tapi kalau bikin kue kering atau roti, kan jumlahnya cukup banyak, karena ovenku mini jadi sekali masuk dua loyang ukurna 30 cm x 30 cm, keseringan gosong duluan bawahnya. Kalau apinya dikecilkan, jadi lebih lamaaaa... matangnya dibanding waktu yang seharusnya, belum tentu memuaskan pula hasilnya. Pingin bikin roti dengan topping yang krepek-krepek begitu (garing)...kapan ya ?

lihat retak di kaca otanku

gampang dan enak, brownies





Suatu saat nanti mungkin engkau akan masuk museum, my otan. Tapi tak pernah kulupa jasamu selama bertahun-tahun menemani eksperimen dapurku, dan mengeratkan hubungan dengan anak-anakku ketika mereka menyukai hasil pangganganmu.

Wednesday, October 26, 2011

Gosip.....

Manusia suka melihat aib orang lain, rame-rame lagi. Coba lihat, banyaknya tayangan infotainment di berbagai channel, padahal isinya kurang lebih sama. Tentang selebritis si A, si B, si C, dsb. Dengan berbagai kata pengantar, bumbu penyedap agar penonton semakin 'panas' menunggu beritanya. Selesai jadi 'berita' di infotainment, diskusi bisa berlanjut di area lain, pertemuan ibu-ibu sampai di jejaring sosial. Lihat yang membicarakan adalah mulut-mulut kita, lisan-lisan kita. Mudahnya lidah bersilat menghambur kata. Bukankah telah diingatkan bahwa menggunjing orang lain itu seperti memakan daging saudara sendiri yang sudah mati?

Sungguh alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aibnya sendiri daripada sibuk mengurusi aib oran lain (Hadits). Mungkin kita perlu alat optik khusus karena kuman di seberang lautan kok bisa terlihat, sementara benda sebesar gajah dipelupuk mata tidak terlihat.

Astaghfirullah hal adzim, ampuni lisan hamba yang sudah turut meramaikan area ghibah saudara sendiri, ampuni mata hamba yang sudah ikut menyorot aib saudara sendiri. Di sinilah berlaku bahwa diam itu emas, ya lebih baik diam daripada turt menggoreskan dosa-dosa kecil. Alangkah ngerinya sekiranya dosa itu berbau, tak ada yang mau mendekati kita. Sungguh Allah Maha Baik, yang senantiasa menutup aib kita bahkan di depan orang-orang yang memuji-muji kita.

Kita mungkin tidak lebih baik dari orang yang dihina. Alat timbang kita suka error karena lebih cenderung mengingat kebaikan-kebaikan kita, lupa menghisab dosa-dosa kita. Perbaiki timbangan diri sendiri dahulu, tidak perlu menakar-nakar keburukan orang lain (notes to myself).

Hampa (Lagi)

saat ada ide menyapa
mengapa pada ujung-ujung malam
pada saat mengantuk menyerang

dan di siang hari
bagiku ada waktu luang
ide pergi tanpa pamit
inspirasi lenyap tanpa menggamit

mungkin ini berarti
saatnya beringsut dari depan kompi...........^-^

Tuesday, October 25, 2011

Adzan

Di suatu sore Sabtu, kupanggil tukang sol sepatu. Ada banyak pasang sepatu/sandal anakku yang harus dijahit atau dilem karena terbuka/robek. Tak sampai lima menit kemudian, berkumandang suara adzan ashar. Tukang sol berkata, Bu saya permisi mau sholat dulu. Terus terang saya kaget tapi tetap mengijinkannya. Seorang tukang sol sepatu, yang entah rumahnya dimana, dengan kendaraan sepeda dan kebetulan lewat di komplek saya, minta ijin untuk menjalankan ibadah sholat dulu. Dia tinggalkan peralatan tukanngnya di teras kemudian mengayuh sepedanya mencari mesjid atau mushola terdekat. Kebetulan di komplekku belum ada mesjid (ah, developer mana janjimu...?). Mesjid terdekat, boleh dibilang cukup jauh juga kalau ditempuh dengan jalan kaki.

Dari siapapun kita bisa belajar dan memetik hikmah. Ingat pada saat di kantor, seperti kata seorang teman maya saya. Kumandang adzan itu seperti timer untuk peralihan aktivitas, jadi bukan panggilan sholatnya yang utama, Adzan shubuh untuk bangun pagi, adzan zuhur saatnya break makan siang, adzan ashar waktu untuk mengendurkan aktivitas kerja, adzan maghrib saat makan malam, adzan isha waktunya bobo........... Astaghfirullah, saya termasuk jamaah yang seperti itu kiranya.

Pintar yang Sesungguhnya

jadilah orang pintar
tanpa mengharap gelar 'kamu orang pintar'
karena orang pintar mengerti
arti pintar sesungguhnya hanyalah setelah mati
ketika Sang Maha Pintar mengadili
berapa banyak bekal amal selama hidup di dunia ini......

'orang pintar/cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati'

Saturday, October 22, 2011

Bahasa Cinta

Hampir setiap wanita menyukai hal-hal yang berbau romantis dari pasangannya, makanya tak heran para pria yang jago bersikap romantis banyak penggemarnya. Klepek-klepek tuh kalau dapat kiriman bunga, puisi, surat cinta, dan hadiah pernak-pernik lainnya. Hemmm, maunya diriku juga seperti itu, tapi Dia Maha Pengatur, ternyata jodohku bukan tipe seperti itu. Jauh dari kata-kata sayang, cinta, atau pemberian-pemberian yang meluluhkan hati wanita...halah. Jdi ingat, dulu pernah berteman dengan pria yang suka membuat puisi, bahasanya so sweet... Yang lain, memberikan sepot bunga mawar segar, indah... Begitulah kira-kira perlakuan romantis yang disukai para wanita.

Tapi, betul...bahwa cinta tak mesti diucapkan dengan kata-kata, dilambangkan dengan benda-benda. Bahwa dengan perjalanan waktu pernikahan, semakin mengenal pasangan kita semakin tahu dimana keistimewaannya. Lebih berharga dari pernyataan, puisi, atau bunga, dia memberikan perhatian, perlakuan, dan sikap yang menunjukkan rasa sayangnya.

Seiring usia, kuingin, bertambahnya goresan keriput, jumlah uban di kepala, juga linier dengan bertambahnya cinta kepadanya. MEnua bersama, keindahan fisik akan luntur karena usia, tapi keindahan perilaku akan senantiasa mengekalkan kasih sayang.

Tuesday, October 18, 2011

Baca Tulis

Jaman terus berkembang dan berubah. Kurang pantas membandingkan jaman ku sekolah dulu dengan jaman anakku sekolah sekarang. Orangtua dituntut untuk terus ikut belajar kalau tidak mau tertinggal. Betapa berat tugas orangtua saat ini, bahkan dimulai dari pendidikan dasar. Ya, pendidikan dasar saat ini menurutku terlalu berat, jumlah mata pelajarannya terlalu banyak. Baru tingkat Sekolah Dasar, dari kelas satu, jumlah mata pelajarannya sudah 12. Padahal anak-anak itu baru peralihan dari TK. taman bermain. Bagaimana memahami pelajaran kalau pelajaran dasar yaitu bahasa belum sepenuhnya dikuasai. Maka berlomba-lombalah, guru dan orangtua, mengajarkan membaca dan menulis sedini mungkin.

Menurutku jam pelajaran menulis dan membaca di kelas satu masih kurang, yah karena alokasi waktunya terbagi dengan pelajaran lain. MEskipun tidak pantas dibandingkan, tapi tidak ada salahnya menggunakan metode jaman dulu. Iya, waktu aku kelas satu SD ada pelajaran menulis dengan buku garis tiga. Sekali tugas bisa harus menulis satu halaman. Dan itu jam pelajarannya cukup sering. Kemudian pelajaran membaca dengan mengeja, disertai dengan buku serta dijelaskan di papan tulis. Nah, saat ini meskipun masih ada pelajaran menulis dengan buku garis tiga, tapi sangat-sangat jarang. Jadi untuk satu tahun, hanya beberapa lembar kertas dari buku itu ada tugas menulisnya. Belum lagi, pelajaran membaca, masih terbata-bata membaca bahasa induk (Bahasa Indonesia) sudah ditambah pelajaran bahasa asing.

Konon katanya, di Singapura, entah benar apa tidak, tiga tahun pertama di elementary hanya diajarkan 3 mata pelajaran, yaitu Bahasa (induk), Matematika, dan Sain. Betul-betul pelajaran dasar yang dibangun terlebih dahulu, karena sebenarnya pelajaran lainnya bisa diselipkan dalam pelajaran pokok tersebut. Banyaknya jumlah mata pelajaran SD (pengalaman sekolah anak-anakku), kayaknya memang tumpang tindih. Untuk sekolah berbasis agama, pelajaran Agama bisa saling mengisi dengan pelajaran aqidah akhlak, alquran hadits, dan bahasa Arab. Pelajaran IPS bisa gabung dengan PKN, 'kan baru dasar-dasarnya.

Hemmm, tulisan ini tertuang gara-gara melihat tulisan tangan anakku yang kurang memuaskan, kurang beraturan dan kadang-kadang jadi susah membacanya. Setelah kupikir-pikir, betul juga dia kurang banyak berlatih menulis tangan sejak kelas satu. Katanya pelajaran menulis/mengarang juga sudah jarang, makanya anak-anak sekarang agak susah kalau disuruh menulis cerita pendek sekalipun. Istilahnya pelajaran sastra kurang dikembangkan sejak dini. Belum menguasai membuat karangan dalam Bahasa Indonesia, malah diberi tugas membuat tulisan dalam Bahasa Inggris. Aduh, nak...baru pendidikan dasar kok repot begini.

Monday, October 17, 2011

'Gampang' Jodoh

Bagus rupa tidak selalu gampang jodoh, kupikir banyak yang setuju dengan hal ini. Meskipun seseorang itu berwajah cantik atau tampan, apa ada jaminan mereka mudah mendapatkan jodoh. Jodoh, sebagaimana umur dan rezeki, adalah bagian sari takdirNya namun kita tetap harus berusaha.

Internet dan jejaring sosial memudahkan kita bertemu lagi dengan teman-teman lama. Sapaan khas dan umum diterima setiap berjumpa kembali dengan teman lama adalah 'dimana sekarang, kerja dimana, berapa anakmu?' Ada seorang sahabat lama yang kujumpai lewat fb, hanya kuinbox karena dia tidak aktif di akun fbnya. Setelah bertukar nomor telepon, suatu kali dia menelepon (dan,...ah itu sudah beberapa bulan yang lalu dan hingga kini tidak ada kontak lagi)...menceritakan bahwa dia belum berumahtangga dan kesibukannya adalah mengajar. Sungguh, aku merasakan berat suaranya walaupun dia berusaha seceria mungkin menanyakan anak-anakku.

Ada lagi teman SMP yang semasa kecil dulu (dulu SMP masih dianggap kecil 'kan?.. hehe..)terkenal dengan kecantikannya, kulitnya putih bersih rambutnya hitam panjang bergelombang, wajahnya tentu saja cantik, dan gayanya genit manja. Tidak diragukan para cowok banyak yang suka. Tapi yang kuketahui, sampai saat ini dia belum juga menikah. Melihat dari foto-fotonya di jejaring sosial, gayanya masih seperti dulu, bak foto model. Hemmmmmm..

Yang satu ini adalah kakak kelas, cowok, cakep..haha.. banyak yang terpesona dengan ketampanannya (termasuk diriku...halah). Aku tidak mengikuti tracknya selepas kuliah, tahu-tahu bertemu di jejos dan belum juga menikah. Untungnya aku tidak mood lagi jatuh suka dengan kecakepannya...:)

Pasti banyak di luar sana contoh-contoh bahwa wajah cakep/cantik tidak selalu diikuti kemulusan jodoh. Bagiku seiring perjalanan waktu pernikahan, jelas terlihat bahwa kebagusan fisik itu bisa luntur tapi kebaikan perilaku pasangan kita adalah perekat utama keutuhan rumahtangga. Bagus rupa itu anugerah yang harus dipelihara untuk memperindah pandangan pasangan kita..(betul..??) dan hebatnya semakin ikhlas cinta kita, aku merasa semakin cantik di hadapannya.. :)

Ibu Rumah Tangga

Tema pembicaraan yang tiada habisnya, bahan rumpian yang tak putus-putus, judul diskusi yang bersahut-sahutan ...'pilihan profesi antara karier dan full ibu rumah tangga". Masing-masing dengan pendapatnya berdasarkan kondisinya dengan argumennya. Menurutku tidak ada yang salah. Berusahalah menyamankan diri sendiri apapun profesi kita karena profesi adalah sebagian dari ibadah, dan kita tahu kemana harus mempertanggungjawabkannya, tentunya bukan kepada para tetangga, keluarga, atau orang-orang yang memperdebatkannya. Kata ustadz, apapun jenis usaha atau ilmu yang diperoleh, seharusnya mengarahkan dan meningkatkan kita ke jalan takwa.

Full time mother adalah suatu profesi (lihat saja di KTP...hehe..:)..). Tapi jarang yang sejak kecil bercita-cita menjadi full ibu rumah tangga, apalagi lingkungan dan pendidikan seperti menyeret-nyeret kebimbangan itu. Anakku pernah bertanya 'cita-cita mama dulu jadi ibu rumah tangga ya..?' Hemmm...kayaknya tidak terlintas seperti itu deh. Sungguh jalan yang diatur Tuhan itu maha rahasia. Minat A, sekolah di jurusan B, bekerja di bidang D, akhirnya full time mother. Yang memerlukan waktu adalah proses transisi dan menyamankan diri dari kerja kantoran menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Hah, apalagi diriku, full tanpa ART dan jauh dari keluarga. Bertahun-tahun berlalu, tetap saja profesi sebelumnya masih melekat di benak.

Menjadi ibu rumah tangga itu adalah kuliah sepanjang hidup, trial and error, supaya sukses caranya ya harus dijalani. Belum pernah dengar 'kan jurusan Ibu Rumah Tangga, bagaimana mengelola rumahtangga dengan baik. Semuanya diperoleh dari masukan bacaan-bacaan dan praktek langsung. Hemmm, pada saat rekan-rekan kerjaku perlu waktu untuk menjadi manajer, aku secara otomatis menjadi manajer rumah tangga dengan multi job description. Saat mereka kuliah lagi untuk meningkatkan job positionnya, aku juga kuliha lagi di kehidupan yang sebenarnya. Sungguh kusyukuri orangtua yang mengajariku gemar membaca, karena dengan membaca ilmu kita bisa peroleh dari mana-mana. Sungguh kusyukuri berteman dengan sahabat-sahabat maya yang baik, karena share ilmu mereka memberi manfaat yang tidak sedikit.

Tak ada yang salah menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya atau ada profesi lainnya. Seimbangkan dan jalani dengan penuh tanggungjawab. Keminderan bahwa sarjana-sarjana kok ngurus rumah tangga saja seharusnya tidak perlu dihiraukan. Ibu yang cerdas adalah sumber pendidikan utama anak-anaknya. Pendidikan dasar saja memerlukan seorang Dokter atau Profesor untuk membentuk dasar kepribadian anak.

Saturday, October 15, 2011

mengingatMu......

sedih, pilu, kecewa, duka
tertatih kumencari diriMu
kuyup airmata menghambaMu
menghiba belas kasih sayangMu
tertunduk memohon pertolonganMu
ah...sebegitu kuat usahaku mengejarMu
mengapa hanya pada saat setitik ujian kesedihan
mengapa hanya pada saat terpuruk luka

bukankah tahu bahwa kasih sayangNya tak terukur
ampunanNya terbentang luas
rahmatNya tersedia setiap saat

tapi teringatMu hanya pada saat duka
menghampar doa hanya pada saat perlu
alangkah sombong segumpal noda di samudera rahmanNya
dimana diriku pada saat bahagia
dimana syukurku di saat berlimpah karunia
dimana sujudku mengakui kebesaranNya

sungguh diri ini hina tiada terkira
di setiap saat ku tetap memerlukanMu
di setiap detik hanya Engkau yang menggores takdirku

ampuni hamba
sentillah hamba
bahwa segala bentuk ujian suka dan duka
adalah jalan untuk menuju takwa sebenarnya

Listrik Padam

Menulislah pada saat ada sesuatu dalam kepala, pada saat ada yang ingin dicurahkan, pada saat mood sangat kuat, pada saat timbul rasa ...'ah, ini bagus disave di note'..., pada saat kebelet menumpahkan. Tapi dorongan itu terhenti mendadak seketika karena listrik mati sekian lama. Yah, begini jadinya....arus itu meredup setelah sekian jam menghadapi komputer, bingung mengurai kembali yang kemarin ada di dalam kepala. Ah, teknologi kadang-kadang 'menyusahkan'. Jaman dulu, cukup di buku, diary atau catatan, toolnya tangan menulis ungkapan rasa. Saat ini, jari-jemari lebih familiar di atas keyboard. Payah ah, diriku... (sedih kehilangan mood kemarin.... :()

Wednesday, October 12, 2011

Passion

What is your passion ? Berteman di dunia maya, memberi pengetahuan yang tidak sedikit. Antara lain dengan para pendidik dan pengusaha. Satu kata yang cukup sering dilontarkan adalah passion, kalau aku menterjemahkan secara bebas adalah gairah, antusias, ataui minat yang lebih atas suatu kegemaran. Maaf kalau salah. Diakui bahwa kita pasti sangat menikmati suatu pekerjaan yang kita sukai, bahkan tidak perlu disuruh-suruh dan bahkan bisa tidak ingat waktu. Nah, pekerjaan yang berdasarkan passion ini yang sangat ideal. Bagaimana tidak, bila kita sangat menikmatinya, bukan beban,dan mampu mencapai kepuasan seperti yang kita harapkan.

Kalau kata pakar pendidikan, perhatikan bakat atau minat anak sejak kecil, supaya orangtua bisa mengarahkan, bahkan dapat digunakan sebagai cara belajar. Bukan tugas yang mudah untuk mengamati apa minat seorang anak. Ini tentang anakku yang nomor dua. Tampaknya dia suka sekali dengan menggambar model-model komik begitu. Sekali ke toko buku, pasti yang dibeli komik, baik berwarna atau tidak (eh, baru tahu komik sekarang, cover dan halaman pertamanya dari belakang, seperti Qur'an, ya..). Setelah itu dia buru-buru mau pulang, tidak mau singgah kemana-mana setelah dari toko buku, tujuannya cuma satu segera membaca komik tersebut. Dan kadang komik dibawa ke tempat tidur, dan dalam 1 - 2 hari biasanya sudah selesai dibaca. Waktu kosong, antara berbagai kegiatannya adalah suka sekali menggambar komik. Sambil nonton TV atau yang cukup bikin kesal, sambil belajar sempat-sempatnya bikin komik. Seperti gambar di bawah ini selesai sambil mengerjakan PR. Haduh...

corat-coret anak keduaku

Sunday, October 9, 2011

'Tabungan Haji'


Dari note seorang sahabat di fb, menarik dan luarbiasa. Bahwa modal untuk berhaji bukan sekedar mampu fisik dan materi atau hapal aturan2nya, tetapi yang lebih bernilai adalah tabungan amal baik kita yang mampu menjadi magnet. Sebuah niat berhaji biasanya belum terlaksana karena tidak ada modal materi, apalagi setiap tahun ONH cenderung naik. Nah, kedua kisah dari note tersebut semakin menjelaskan bahwa tabungan amal kebaikan seseorang ternyata sanggup 'mengongkosi' niat baik tersebut. Untuk kebaikan, terutama note to myself, tidak ada salahnya kisah nyata ini dishare.

----------------------------------------

Kisah Pertama, kisah seorang tukang rumput yang menunaikan haji bersama dua ratus ribu jamaah haji Indonesia. Kisahnya, bapak yang sudah berusia lanjut ini ditanya bagaimana sampai bisa menunaikan rukun Islam kelima ini. Dia mengatakan, bahwa dirinya adalah orang miskin, tak punya apa-apa. Pekerjaannya sehari-hari mencari rumput untuk kemudian dibawa ke rumah majikannya guna diberikan kepada tiga sapi milik bosnya.

Suatu hari, ia dipanggil oleh sang majikan yang bernama Abdul Karim. Si majikan ini wadul (lapor) mengenai keuangan keluarga yang semakin hari semakin menyusut karena tersendatnya pembayaran hutang dari orang-orang yang pernah berhutang kepadanya. Jika keadaaan dibiarkan begitu saja, tentu saja yang terkena dampak bukan saja majikan dan keluarganya, namun bapak tukang rumput juga akan terkena imbasnya.

Akhirnya, si pencari rumput mengatakan, “Ya sudah pak, coba saya tahajjudi, barangkali Allah berkenan membuka hati para penghutang itu.” Kebetulan, bapak ini aktivis tahajjud, yang tiap malam ia isi dengan Qiyamul Lail. Dalam doanya ia meminta kepada Allah agar membuka hati para penghutang sehingga keuangan sang majikan menjadi lancar seperti sedia kala.

Selang sepuluh hari, datanglah sang majikan kepada bapak tukang rumputnya. Ia datang sembari membawa uang yang lebih dari cukup untuk berangkat haji. “Ini hadiah saya buat bapak atas upaya bapak men-tahajjudi- orang-orang yang belum bayar hutang ke saya.

Bapak pencari rumput kaget tidak kepalang tanggung. Sama sekali ia tidak menyangka mendapat ‘durian runtuh’ dari sang majikan. Ia menangis tersedu-sedu. Ia gunakan uang tersebut untuk haji.

Memang, sejak muda ia sudah punya keinginan berangkat haji, namun ia juga tahu diri bahwa ia bukan orang mampu. Namun, Allah sebagai Sutradara dan Produser Yang Maha Agung dalam kehidupan ini, berkehendak lain.

Kisah Kedua, seorang penjual kerupuk dari Cilacap, Jawa Tengah. Anda tahu sendiri berapa sih pendapatan bersih seorang penjual kerupuk saban harinya. Lalu, dengan apa ia naik haji, dengan daun? Tentu tidak.

Meskipun ia seorang penjual kerupuk, ternyata ia punya amal perbuatan yang selalu ia lazimi, yaitu bersedakah kerupuk kepada para janda beserta anak-anaknya dan berdoa. Setiap hari, ia berkeliling dari rumah satu janda ke rumah janda lainnya. Tujuan hanya satu, ingin berbagi kepada sesama! Sementara doa yang selalu ia panjatkan adalah “Labbaikallahumma Labbaik, Labbaika Laa Syariika Lak Labbaik.” Inilah doa yang senantiasi membasahi bibir bapak penjual kerupuk.

Bukan tanpa alasan beliau berdoa demikian, karena ia sudah sejak lama ingin pergi ke Tanah Suc. Ia orang yang tidak fasih berbahasa Arab, tapi karena sering mendengar kalimat talbiyah khususnya menjelang sampai berakhirnya prosesi ibadah haji, sehingga ia ‘hanya’ merengek-rengek kepada Allah agar diberangkatkan haji dengan kalimat tersebut.

Suatu hari, ia shalat Dzuhur di masjid. Lagi-lagi ia mengulang doa, “Labbaikallahumma Labbaik, Labbaika Laa Syariika Lak Labbaik.” Ucapan doa tersebut terdengar oleh orang yang di dekatnya. Orang asing yang tak dikenalnya sama sekali, bertanya, “Mengapa bapak berdoa seperti itu?”

“Iya Pak, saya pingin sekali naik haji. Keinginan saya ini sudah saya pendam sejak lama, telah mengurat akar dalam hati. Tapi saya hanya penjual kerupuk yang kadang untuk makan sehari-hari saja, pas-pasan.” “Kalau bapak berkenan, bisakah bapak memberikan alamat rumah bapak.” Bapak penjual kerupuk memberikan alamatnya tanpa pernah tahu untuk apa ia meminta alamatnya, tanpa pernah sadar sebelumnya bahwa orang itu adalah ‘malaikatnya’ yang kelak akan merubah mimpinya menjadi sebuah kenyataan yang terang.

Setelah beberapa hari, orang asing betul-betul datang mengunjungi bapak penjual kerupuk. Ia datang dengan membawa dana segar sebagai bekal naik haji. Masih dalam keadaan kaget yang begitu dahsyat, orang asing ini pamit pulang, dan hingga saat penjual kerupuk menunaikan haji dan menceritakan kisahnya ini, ia tidak pernah tahu rimbanya, siapakah dia, dan di mana rumahnya.

----------------------------------------
Betapa nikmatnya perjalanan haji kedua orang tersebut dan mungkin jauh lebih berharga dari orang2 yang secara materi lebih mampu menunaikan haji berkali-kali. Haji tidak memberatkan kalau belum sanggup biayanya, bahkan haji menjadi bernilai kurang sekiranya sumber dana berasal dari haram atau lebih memberatkan ybs dan orang lain.

Alkisah, seorang pegawai ingin menunaikan ibadah haji namun uang yang ada belum mencukupi. Akhirnya dia berhutang kesana-kemari untuk menutupi kekurangan tersebut. Jelaslah, masalah timbul setelah kedatangannya dari tanah suci, karena dia harus melunasi hutang2nya. Masalah ternyata semakin berkembang karena sistem gali lubang tutup lubang. Untuk melunasi pinjaman ke A, dia berhutang ke B, untuk melunasi hutang ke C, pinjam lagi ke D, begitulah  gulungan keruwetan itu membesar. Akhirnya dia memutuskan untuk meminta, terlebih dahulu, hak warisnya atas sebidang tanah dan bangunan warisan almarhum orangtuanya yang saat ini ditempati salah satu saudaranya, seorang janda yang hidup sederhana.

Dari cerita2 di atas, semoga niat hajiku dan 'cara' keberangkatku kelak senantiasa bersih, halal, dan ridha di mataNya. Mari menabung amal kebaikan, sekecil apapapun tidak luput dari perhitunganNya.

Friday, October 7, 2011

Menulis Itu...

Modal pertama adalah membaca, begitu kata banyak penulis. Betul, karena dengan membaca banyak bahan yang bisa kita tulis. Tapi bukan sekedar membaca tulisan orang lain atau berita, yang hebat itu menurutku adalah 'membaca' yang terjadi pada lingkungan kita dan mampu menuangkannya dalam tulisan. Teknologi semakin berkembang, dan menulis bukan lagi harus dengan kertas dan pena, tetapi ketak-ketik di atas keyboard.

Kemarin jalan2 ke blog para penulis hebat. Kesimpulannya sama, kehebatan dan keterampilan seseorang, dalam bidang apapun, karena terbiasa atau terus dicoba berulang-ulang. Pak Nukman Luthfi mengatakan bahwa perlu setahun...(iih, lama ya) supaya tulisan2 di blog kita semakin baik. Banyak orang2 para pemilik blog yg menjadi 'provokator' keberanian saya menulis. Tulisan yg baik dan bermanfaat bagi orang lain, bahkan bisa diibaratkan suatu amal jariah. Eh, jadi ingat beberapa hari yang lalu ada yg posting note fb dengan tema 'mati meninggalkan fesbuk' Yap, coretan2 kita adalah gambaran kita, dan seberapa baik catatan yang kita tinggalkan kelak.

Kemarin. 06 Oktober 2011, sang creator Apple, Steve Jobs, meninggal dunia. Mesikpun tidak canggih2 amat pengetahuanku tentang perkomputeran, asyik juga mengikuti berita2 tentang penemu ini. Bagaimana dia mengatakan bahwa kebahagiaan dan kehebatan sejati bila kita mengerjakan sesuatu yang kita cintai, bahwa kita hanya bisa merangkai titik2 di masa sekarang tanpa tahu apa yang terjadi kelak, bahwa segala pengalaman pahit sekalipun ada hikmahnya, dan bahwa kematian itu sesuatu yang pasti yang kita tidak tahu kapan sehingga bersegeralah menjadi diri sendiri dan jangan sia2kan waktu Anda. Betapa beliau menginspirasi banyak orang dan sesuatu yang ditinggalkannya terpakai dimana-mana.

Belajar menulis yang bermanfaat, minimal bermanfaat bagi diri sendiri, syukur2 untuk orang lain. Ngeri juga membayangkan bahwa apa yang kita tulis juga akan 'dihisab'. Mohon dimaklumi karena yang coret2 ini penulis sangat pemula, ejaan masih simpang siur, editan masih kacau balau, tema masih acak2an. Aku hanya memanjakan tangan yang ingin menari di atas keyboard. Sambil jalan, aku ingin terus belajar, juga tampilan di blog ini yang masih lugu bangeed,,,gitu lho...Haha...tidak ada larangan bahasa Al4Y khan.

Wednesday, October 5, 2011

What's Wrong

Aku,  biar otodidak dan sedikit demi sedikit begini, belajar menggunakan dan mengerti bahasa inggris sehari-hari. Untuk itulah terbiasa menset sesuatu selalu dalam Bahasa Inggris, meskipun kadang2 bingung juga. Sekali waktu membuka hape anakku, rupanya di set Bahasa Indonesia, waduh emaknya bingung..."kalo nyari ini bahasa indonesianya apa ya?" Anakku nnyeletuk, mama ini orang Indonesia apa orang Inggris sih,,? Hihihi...repot amat dengan bahasa sendiri ya.

Anak-anak sekarang mulai TK sudah belajar Bahasa Inggris, sampe kuliah. Tapi kok nggak ada bedanya dg orang jamanku dulu, mulai belajar sejak SMP, tapi ngomong Inggrisnya nggak maju2. Itulah ilmu tak terpakai, bagaimana bisa lengket di kepala. Orang yg jago grammar belum tentu bisa ngomongnya, ....padahal katanya berani ngomong aja dulu,,nggak perlu dipikirin grammarnya, toh lawan bicara bisa maklum. Kayak orang lulus ujian teori SIM, tapi nggak berani bawa kendaraannya, nah apa gunanya. Kadang2 terpikir dg ucapan Pak Rhenald Kasali, bikinlah paspor tanpa peduli sudah bisa cas cis cus belum. Artinya dengan paspor kita siap ke luar negeri, langsung terjun ke dunia orang bule sono. Hehe..benar juga, sungguh jadi pingin seperti itu.

Belum lagi sekolah2 RSBI, yang kadang2 terlalu dipaksakan. Dari luar keren, ternyata di dalam, para guru juga belum sepenuhnya siap. Ada cerita lucu dari sekolah anakku, karena banyak mata pelajaram yang diduabahasakan, murid2 juga mengerjakan tugas/task dalam bhs inggris (sungguh, emaknya ikut repot),... terselip ucapan Guru Agamanya begini 'memangnya nati di alam kubur, malaikat nanya pake bahasa inggris?" Haha...lucu juga. Ada lagi cerita lain dari Guru Math yg menugaskan PR dari buku paket berbahasa inggris. Tertera di soal 'approximate the result' atau 'estimate the product' dimana sebelumnya sudah ada example problem solving with rounding. Ternyata jawaban PR anakku, hasil penjelasan emaknya, salah semua. Bagaimana tdk salah kalau jawaban dari gurunya adalah hasil yg sebenarnya bukan pembulatan. Wah, jadi siapa yg salah menterjemahkan bacaan soal sih...atau kamusnya berbeda..:)

Gambar dari Google Image

 Dulu, waktu aku SMP, ada yg ngomong begini, Yg ikut les ini-itu artinya dia belum menguasai pelajaran tsb. Jaman sekarang, kursus atau bimbel berhamburan, termasuk les di sekolah2. Kadang2 kepikiran mau ngeleskan anak2 utk bahasa inggris krn bagaimana pun globalisasi menuntut itu..halah. Tapi, aku suka mikir, utk pelajaran2 yg mamanya atau ortunya masih bisa menjelaskan, ngapain ikut les..hehe.. bilang aja pengiritan pengeluaran. lagian mereka sudah ikut les di sekolah masing2.

Jadi, membimbing anak belajar (terutama utk PR, tugas, dan menjelang ulangan/ujian), ortu terutama emaknya harus berlajar lagi. Padahal, itu semua yg sudah kita pelajari juga duluuuu...Hmmmm, lulus S3 *) tidak berarti sudah lulus semua mata pelajaran dasar rupanya. Kalau sudah ikutan bingung, emaknya punya sumber kunci jawabannya yg setia untuk dikorek-korek, apalagi kalau bukan si Google. Hidup...emak2 gaptek (=tanggap teknologi).


S*) : SD, SMP, SMA

Mulai

Bismillahirrahmanirrahiim

Berani adalah langkah awal. First step untuk bikin blog. Dimana-mana yg namanya belajar, pastilah ada Azis...eh...gagap maksudnya. Tapi 'kan selalu ada si Hikmah...hmmm...hikmah di setiap pembelajaran. Jgn lihat tampilan blog pertama kali, lihat tetesan ilmu yg bisa diraih ke depan. Aamiin.

Cuekkin dulu masalah EYD, soalnya tbiasa nyingkat2 ketikan, yg penting luapan isi kepala terpenuhi. Hmmm...apa yg telah kubuat ? Yah, sebuah blog. Sdh lama pinginnya, baru sekarang realisasinya. Ingin mengikuti saran orang bijak, ikatlah ilmu dg cara menuliskannya. Rekamlah jejak perjalanan dalam bentuk tulisan. Syukur2 yg bermanfaat sehingga menjadi investasi amal baik.

Ya, sudah. Jalani dan nikmati. 'Kan kupungut setiap pelajaran dari setiap jejak langkah yang kutulis.