Otanku umurnya sekitar 7 tahunan, dulu beli karena kepingin bikin kue-kue demi memenuhi selera camilan anak-anak. Dulu belinya tidak pake referensi sama sekali, pokoknya asal jalan saja ke pasar, lihat-lihat dan suami meng-oke-kan, beres. Kalau sekarang sih sudah disimpan rapi tuh berbagai referansi jenis oven yang bagus plus kisaran harganya. Ya Allah mudahkan rezeki kami.
Rumah relatip kecil (RSS = Rumah Seadanya Segitu-gitunya luasnya...), jadi waktu itu setiap habis pakai si otan kutaruh di bawah meja kompor di dapur. Nah, ruang dapur cuma nyempil sedikit dan nyambung dengan ruang keluarga. Anak kecil-kecil, suka main tendangan-tendangan bola atau sejenisnya. Braakkk... kena deh itu pintu kaca oven sekali waktu mereka bermain. Wah, sudah sekitar lima tahun yang lalu kaca itu pecah, masih orisinil keretakannya..hihi. Tapi tetep dengan setia kupakai untuk latihan praktek resep-resep yang beredar di internet.
Semakin hari, dengan bertambahnya ilmu per-baking-an, ternyata ovenku ini kurang memuaskan. Aku sangat merindukan panas atas yang lebih dari yang selama ini. Iya, keseringan bagian bawah kue gosong duluan sementara bagian atasnya masih mentah. Kalau bikin cake sih cuma perlu satu rak, jadi di rak bawah ditaruh loyang isi air untuk mengatasinya. Tapi kalau bikin kue kering atau roti, kan jumlahnya cukup banyak, karena ovenku mini jadi sekali masuk dua loyang ukurna 30 cm x 30 cm, keseringan gosong duluan bawahnya. Kalau apinya dikecilkan, jadi lebih lamaaaa... matangnya dibanding waktu yang seharusnya, belum tentu memuaskan pula hasilnya. Pingin bikin roti dengan topping yang krepek-krepek begitu (garing)...kapan ya ?
lihat retak di kaca otanku |
gampang dan enak, brownies |
Suatu saat nanti mungkin engkau akan masuk museum, my otan. Tapi tak pernah kulupa jasamu selama bertahun-tahun menemani eksperimen dapurku, dan mengeratkan hubungan dengan anak-anakku ketika mereka menyukai hasil pangganganmu.
No comments:
Post a Comment