Tuesday, October 18, 2011

Baca Tulis

Jaman terus berkembang dan berubah. Kurang pantas membandingkan jaman ku sekolah dulu dengan jaman anakku sekolah sekarang. Orangtua dituntut untuk terus ikut belajar kalau tidak mau tertinggal. Betapa berat tugas orangtua saat ini, bahkan dimulai dari pendidikan dasar. Ya, pendidikan dasar saat ini menurutku terlalu berat, jumlah mata pelajarannya terlalu banyak. Baru tingkat Sekolah Dasar, dari kelas satu, jumlah mata pelajarannya sudah 12. Padahal anak-anak itu baru peralihan dari TK. taman bermain. Bagaimana memahami pelajaran kalau pelajaran dasar yaitu bahasa belum sepenuhnya dikuasai. Maka berlomba-lombalah, guru dan orangtua, mengajarkan membaca dan menulis sedini mungkin.

Menurutku jam pelajaran menulis dan membaca di kelas satu masih kurang, yah karena alokasi waktunya terbagi dengan pelajaran lain. MEskipun tidak pantas dibandingkan, tapi tidak ada salahnya menggunakan metode jaman dulu. Iya, waktu aku kelas satu SD ada pelajaran menulis dengan buku garis tiga. Sekali tugas bisa harus menulis satu halaman. Dan itu jam pelajarannya cukup sering. Kemudian pelajaran membaca dengan mengeja, disertai dengan buku serta dijelaskan di papan tulis. Nah, saat ini meskipun masih ada pelajaran menulis dengan buku garis tiga, tapi sangat-sangat jarang. Jadi untuk satu tahun, hanya beberapa lembar kertas dari buku itu ada tugas menulisnya. Belum lagi, pelajaran membaca, masih terbata-bata membaca bahasa induk (Bahasa Indonesia) sudah ditambah pelajaran bahasa asing.

Konon katanya, di Singapura, entah benar apa tidak, tiga tahun pertama di elementary hanya diajarkan 3 mata pelajaran, yaitu Bahasa (induk), Matematika, dan Sain. Betul-betul pelajaran dasar yang dibangun terlebih dahulu, karena sebenarnya pelajaran lainnya bisa diselipkan dalam pelajaran pokok tersebut. Banyaknya jumlah mata pelajaran SD (pengalaman sekolah anak-anakku), kayaknya memang tumpang tindih. Untuk sekolah berbasis agama, pelajaran Agama bisa saling mengisi dengan pelajaran aqidah akhlak, alquran hadits, dan bahasa Arab. Pelajaran IPS bisa gabung dengan PKN, 'kan baru dasar-dasarnya.

Hemmm, tulisan ini tertuang gara-gara melihat tulisan tangan anakku yang kurang memuaskan, kurang beraturan dan kadang-kadang jadi susah membacanya. Setelah kupikir-pikir, betul juga dia kurang banyak berlatih menulis tangan sejak kelas satu. Katanya pelajaran menulis/mengarang juga sudah jarang, makanya anak-anak sekarang agak susah kalau disuruh menulis cerita pendek sekalipun. Istilahnya pelajaran sastra kurang dikembangkan sejak dini. Belum menguasai membuat karangan dalam Bahasa Indonesia, malah diberi tugas membuat tulisan dalam Bahasa Inggris. Aduh, nak...baru pendidikan dasar kok repot begini.

No comments:

Post a Comment